Senin, 18 September 2023

Amilia Agustin, Ratu Sampah Sekolah

 

Amilia Agustin, Ratu Sampah Sekolah (Foto : instagram @amiliaagustin) 

Menumpuknya sampah di sejumlah titik di Kota Bandung menimbulkan kegelisahan tersendiri bagi seorang remaja berseragam putih biru, Amilia Agustin. Kegelisahan ini pula yang membuatnya tergerak untuk melakukan sesuatu, yang kemudian mengantarkannya menjadi Ratu Sampah Sekolah. 

Tumbuh sebagai mojang Bandung, Ami, demikian nama panggilan remaja kelahiran 20 April 1996 ini, sungguh tak rela jika sampah yang menumpuk, mengubah citra Kota Kembang yang indah menjadi hancur. Namun, kenyataannya itulah yang ditemuinya hampir setiap hari saat berangkat ke sekolah.

Salah satu titik gunungan sampah yang membuatnya prihatin, berada di pusat kota, Tegalega. Tempat dimana Monumen Bandung Lautan Api, ikon kotanya berada. Lokasi yang tak begitu jauh dari sekolahnya saat itu.

Menyadari rasa prihatin saja tidaklah cukup, Ami memutuskan untuk bergerak. “Bergerak itu harus dimulai dari diri sendiri.” Demikian tuturnya menceritakan awal mula tekadnya untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik dan sehat.

Bersama komunitasnya, Ami berusaha menciptakan lingkungan sekolah yang lebih baik ( Foto: instagram @amiliaagustin) 

Ketika menyadari bersama-sama akan lebih mudah dan lebih luas manfaatnya, Ami kemudian mengajak teman-temannya untuk sama-sama bergerak dari lingkungan yang terdekat. Yaitu lingkungan sekolah.

Dengan mengajukan proposal Karya Ilmiah Remaja “Go To Zero Waste School” kepada Program Young Changemakers dari Ashoka Indonesia, pelajar kelas 8 ini berharap impiannya untuk menciptakan lingkungan yang bersih akan terwujud.

Proposal itu ternyata disetujui, dengan dana operasional sebesar 2,5 juta Ami bersama teman-temannya di SMPN 11 Bandung,  mulai mengolah limbah menjadi barang yang bermanfaat dengan mengusung tema “Go To Zero Waste School”.

Hal ini tentu tak luput dari dukungan pihak sekolah yang memberikan ruang kreasi dan berdaya bagi anak didiknya, yang memberikan citra positif bagi sekolah, dan menjadi ikon sekolah sehat di Bandung. Ami kemudian mengajak teman-teman di sekolah-sekolah lain untuk menciptakan gerakan peduli lingkungan di sekolah masing-masing,

Ada empat bidang pengelolaan sampah yang dilakukan Ami, dkk. Yaitu :

Pengelolaan Sampah Organik

Tumpukan sampah organik yang mulanya menimbulkan aroma tak sedap, dikelola hingga menjadi pupuk organik yang memiliki daya jual tinggi.

Pengelolaan Sampah Anorganik

Dari sampah anorganik, Ami beserta teman-teman menghasilkan tas dari sampah plastik, atau pot bunga dari karet ban bekas.

Pengelolaan Sampah Tetrapak

Sampah-sampah tetrapak yang tak berfaedah disulap Ami dan kawan-kawan menjadi aneka furnitur hingga atap bergelombang yang tentunya memiliki nilai ekonomis.

Pengelolaan Sampah Kertas

Untuk sampah kertas, Ami dan kawan-kawan mengubahnya menjadi buku dan kertas poster.

Hasil kerja keras Ami, dkk ini membuahkan hasil. Tidak hanya  mendapatkan lingkungan sekolah yang bersih dan sehat, melainkan juga menghasilkan rupiah dengan menggerakkan ekonomi kreatif masyarakat melalui pemberdayaan SDM.

Peduli Sampah, Peduli Lingkungan

Menjadi Ratu Sampah Sekolah, mengkampanyekan lingkungan sekolah yang sehat dan bersih (Foto: instagram @amiliaagustin) 


Tidak berhenti hanya di lingkungan sekolah Ami dan komunitasnya bergerak menyentuh masyarakat luas. Salah satunya dengan memberikan penyuluhan. Pesan-pesan peduli lingkungan pada anak-anak sekolah ini dikemas dengan gaya bercerita yang menarik dengan menggunakan gambar poster bertema lingkungan.

Harapan Ami, anak-anak yang dibimbingnya kelak akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi dewasa yang peduli akan lingkungan dan tergerak untuk mengelola sampah pribadi dengan lebih baik.

Upaya yang dilakukan terus-menerus secara konsisten oleh Ami dan komunitasnya baik dalam mengelola sampah ataupun kampaye peduli lingkungan dan peningkatan SDM melalui ekonomi kreatif yang ditawarkannya, membuat remaja itu meraih berbagai penghargaan.

Sebagai salah satu kandidat termuda, Ami berhasil meraih penghargaan yang digagas oleh ASTRA Internasional, Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2010.

Amilia Agustin, terus bergerak memberikan yang terbaik bagi lingkungan. (Foto : instagram @amiliaagustin)

Seolah tak terhentikan, Ami terus bergerak. Ketika menjadi mahasiswa Udayana Bali, Ami memboyong gagasannya dan aktif turun menyapa masyarakat di desa-desa. Baik memberikan penyuluhan, maupun pendampingan agar masyarakat aktif mengelola sampah dan limbah hingga bisa membangkitkan ekonomi kreatif warga setempat.

Maka tak salah, jika Amilia Agustin dinobatkan menjadi Ratu Sampah Sekolah. Sosok muda yang memberikan sumbangsih besar bagi lingkungan dan menggerakkan roda ekonomi. Membuat sampah yang tak sedap dan mengganggu lingkungan, menjadi pundi-pundi rupiah dan memiliki nilai ekonomis, bermula dari lingkungan sekolah.

Rabu, 13 September 2023

Bidan Rosmiati, Sentuhan Dari Langit di Indragiri Hilir

Sentuhan Bidan Rosmiati menguatkan jiwa ibu hamil. (Foto : dok. Astra) 


Mendampingi ibu hamil, membantu proses melahirkan hingga memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak merupakan pilihan yang diambil Rosmiati sejak belia. Perjuangan dan kegigihannya menyelamatkan nyawa, kelak mengantarkannya menjadi salah satu penerima penghargaan dari ASTRA Internasional.

Usai menjalani pendidikan D3 di Akademi Kebidanan Padang tahun 2007, Rosmiati  ditugaskan ke daerah terpencil di Indragiri Hilir. Tepatnya di Puskesmas Pembantu Desa Tunggal Rahayu Jaya, kecamatan Teluk  Belengkong di kabupaten Indragiri Hilir.

Bidan Rosmiati, Sentuhan Dari Langit

Menyusuri sungai mengantarkan ibu hamil ke RSUD Indragiri Hilir (Foto : dok. Astra) 


Sebagai tenaga medis di daerah yang terisolir, perempuan kelahiran Riau, 27 Oktober 1984 ini, mau tidak mau, berhadapan dengan medan yang sulit. Tak jarang ia harus membelah hutan dan menyusuri sungai-sungai panjang untuk membantu proses kelahiran seorang anak manusia. 

Kurangnya fasilitas kesehatan tak menyurutkan semangatnya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, khususnya bagi ibu dan anak. Termasuk memberikan edukasi pentingnya menjaga kesehatan  dan kehamilan di wilayah yang tingkat kehamilannya cukup rapat dan tinggi ini. 

Hal ini sejalan dengan SK Menkes Nomor 284/Menkes/SK/III/2004, bahwa untuk menunjang kesehatan ibu dan anak diperlukan media komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) dan pencatatan efektif dan efisien. 

Untuk itu, Kementrian Kesehatan menetapkan bahwa buku kesehatan ibu dan anak (KIA) menjadi satu-satunya alat pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak sejak hamil, melahirkan dan selama nifas hingga bayi yang dilahirkan berusia 5 tahun. Termasuk pemberian gizi, memantau tumbuh kembang anak, pelayanan imunisasi dan KB.

Posyandu untuk pemberian imunisasi, pelayanan KB dan penyuluhan kesehatan. (Foto : dok. Astra) 

Menimbang bayi untuk mengetahui tumbuh kembang anak. (Foto : dok. Astra) 


"Untuk ukuran desa kecil, angka kematian satu jiwa saja sudah besar,"ungkapnya. Desa tempatnya bertugas ada sekitar 1.030 jiwa penduduk. Sehingga pelayanan kesehatan masyarakat menjadi tanggung jawab Bidan Rosmiati.

Dalam menjalankan tugas, Bidan Rosmiati secara totalitas terjun langsung dari awal hingga akhir proses melahirkan. Tak jarang turut serta membelah hutan, dan sungai beserta rombongan pengantar. Sepanjang jalan Bidan Rosmiati mendampingi, menyalurkan semangat dan menguatkan ibu hamil dengan sentuhannya. 

Kondisi ini semakin parah dengan aliran listrik yang tidak menyala selama 24 jam setiap hari. Bidan Rosmiati harus betul-betul piawai menyikapi kondisi di lapangan agar bisa memberikan yang terbaik bagi masyarakatnya.

Lahirnya Sebuah Gagasan

Perahu menjadi sarana penting untuk mendapatkan akses kesehatan ibu hamil. (Foto : dok. Astra) 

Banyak kasus ekstrem yang dialami Bidan Rosmiati di awal masa bertugas, namun salah satu yang menimbulkan kesan mendalam adalah saat membantu proses melahirkan di pedalaman kebun sawit. 

"Kasus itu terjadi di kecamatan tetangga. Tapi, karena bidan desanya kosong, saya diminta menolong kelahiran perempuan itu,"  ujar Rosmiati seperti yang dikutip Radar Pekanbaru, Rabu, 21 Desember 2016.

Rosmiati juga menjelaskan untuk sampai ke lokasi pasien, ia diantar menggunakan motor dengan kondisi jalan yang bergelombang, hingga tersesat berkali-kali di tengah hutan. Setelah sampai di lokasi,ternyata ari-ari bayi sudah enam jam keluar dari rahim ibunya.

Kondisi ini menimbulkan pendarahan yang hebat, meski pun bayi berhasil dikeluarkan, namun kondisi ibu masih kritis. Hal ini mendorong Rosmiati untuk merujuk pasien ke RSUD Pemkab Indragiri Hilir. Ini pilihan yang sulit, karena proses evakuasi akan berjalan secara manual dan memakan waktu yang lama.

Dengan menggunakan tandu yang digotong warga, rombongan menuju bibir sungai untuk kemudian dipindahkan ke dalam perahu menuju RSUD Indragiri Hilir. Perjalanan menyeberang menempuh aliran deras sungai yang dalam ini membutuhkan waktu lebih dari empat jam, hingga pasien kehilangan nyawa akibat kehabisan darah selama perjalanan.

Kasus itu menjadi pelajaran yang amat berharga bagi Rosmiati. Ibu dari Risqi Astra Nugraha ini pun kemudian memikirkan solusi yang efektif untuk mengatasi kendala yang dihadapi di lapangan.

Ia paham, berada di daerah yang dikelilingi sungai, ketersediaan perahu adalah hal yang wajib untuk mengatasi kondisi kelahiran yang tak biasa. Kendalanya, tidak semua pasien mampu menyewa perahu.

Untuk menyewa perahu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hal itu amat berat bagi masyarakat di desa terpencil dengan kondisi ekonomi yang terbatas.

Rosmiati kemudian mencetuskan idenya untuk menggalang dana kesehatan. Berupa iuran wajib sebesar 2 ribu per kepala keluarga setiap bulan. Dana yang terkumpul diberikan kepada warga yang bersalin. 

Besarnya sekitar 500 ribu jika proses kelahiran berlangsung normal dan baik-baik saja. Adapun untuk warga yang dirujuk ke RSUD, besaran dana kesehatan yang diberikan sebesar 1 juta.

Selain itu, Rosmiati juga menggagas tabungan Ibu Bersalin, yang nominalnya tidak ditentukan dan bersifat tidak wajib. Tabungan ini sangat bermanfaat untuk mempersiapkan kelahiran dan akan dikembalikan ke pasien secara utuh tanpa potongan apa pun.

Dengan semangat menabung, Rosmiati berharap, pasiennya  dapat mempersiapkan kelahiran dengan lebih baik. Jika harus dirujuk, setidaknya ketersediaan dana akan memudahkan pasien menyewa perahu saat tak ada perahu atau speedboat ambulan singgah di desanya. 

Bahagia membantu proses kelahiran seorang anak. (Foto : dok. Astra) 


Gagasan inilah yang mengantarkan Rosmiati menjadi salah satu penerima penghargaan SATU Indonesia Awards 2012 yang digagas ASTRA Internasional. Sebagai salah satu apresiasi kepada generasi muda yang memiliki prestasi di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, tehnologi dan kewiraausahaan.

Dengan rasa cinta yang mendalam kepada masyarakat, Bidan Rosmiati menggunakan hadiah yang diperolehnya untuk melengkapi fasilitas kesehatan di tempat tugasnya. Harapannya masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya.

Baraakallah Bu Bidan Ros, semoga kebaikan dan berkah tercurah untukmu. Aamiin...

Bidan Rosmiati (Foto : dok. Astra) 


Disclaimer : foto-foto diambil dari video dokumentasi Astra yang diunggah di fb, klik link berikut : Semangat Astra Terpadu


Kamis, 20 Juli 2023

Cinnamon Cookies, Raisya Rasa Dari Hati dan Spirit Muharram


Raisya Cookies, Rasa dari Hati


Paket dari Raisya Cookies datang hampir bersamaan dengan pergantian tahun Hijriah, 1 Muharram. Bagi saya ini semacam hadiah menarik di awal tahun. 

Paket berisi buku inspiratif, Cinnamon Cookies dan beberapa cookies  dengan aroma kayu manis yang menguar sesaat setelah paket dibuka, seketika menumbuhkan rasa senang. 

Siapa yang tak suka  menerima paket dengan kemasan yang rapi dan manis? Raisya  Cookies agaknya betul-betul melakukan semuanya dari hati. Bukankah apa-apa yang dilakukan dari hati akan sampai ke hati? 

Cinnamon Cookies dan Spirit Muharram

Sejujurnya, akhir-akhir ini saya kurang suka membaca kisah inspiratif. Ada semacam rasa bosan, atau apalah,  setiap mulai membacanya. Karena itu, meski tampilan buku  Cinnamon Cookies  sangat menarik, saya merasa butuh momen yang tepat membacanya. 

Syukurlah, momen itu tak begitu lama menunggu. Kehadiran momen pergantian tahun Islam, 1 Muharram 1445H, saya rasa saat yang tepat untuk membaca kisah inspiratif dan menikmati cookies yang tampilan dan aromanya menggoda. 
(Ssst, aroma kayu manis itu salah satu aroma kenangan yang selalu menghangatkan hati saya, tentang suatu masa di masa kanak-kanak. )

Ternyata saya keliru. 

Berbeda dengan kisah inspiratif lainnya yang berkisah dengan gaya monoton, Bunda Ata (Martha) menceritakan kisah kehidupannya dengan cara yang unik, singkat dan penuh warna. 

Tak ada kalimat-kalimat panjang yang membosankan dan menggurui. Melainkan tulisan-tulisan ringan yang -anehnya - menyentuh. 

Didukung ilustrasi yang kaya warna, kisah hidup Ata bersama Al bergulir manis. Terlalu manis, mungkin. Hingga akhirnya membuat saya terhenyak saat menyadari betapa perjalanan pernikahan mereka sudah cukup panjang, 10 tahun, hingga akhirnya Allah menitipkan hadiah istimewa. Raisya terlahir dengan kondisi berbeda. Down Syndrome. 

Kenyataan yang teramat pahit, yang harus mereka hadapi setelah penantian panjang. 

Laboratorium Kehidupan


"Seharusnya kita bersyukur kepada Allah karena setelah sepuluh tahun akhirnya kita punya anak. Jika Allah memberikan anak kepada kita yang berbeda, ya gak papa. Yuk, jadikan itu laboratorium kehidupan kita. "

Laboratorium kehidupan. 

Saya terkagum-kagum dengan reaksi Ata saat menghadapi kenyataan itu. 
Tidak mudah pastinya, namun baik Ata maupun Al berhasil berdamai dengan takdir yang Allah tetapkan atas mereka. 

(Duh, saya tak bisa berhenti membaca) 

Pada akhirnya, rasa ridho atas takdir membuat Ata dan Al berhasil melewati masa-masa awal yang sulit. Hari-hari terasa menyenangkan dengan kehadiran Raisya yang berhasil mengubah dunia Ata dan Al. 

Mereka yang semula bergerak cepat, seketika melambat atau bahkan berhenti, untuk membantu Raisya melewati tahap demi tahap perkembangan yang tak secepat anak-anak pada umumnya. Namun itu tak mengurangi rasa syukur dan bahagia di hati keduanya. 

Ata kurang suka dengan istilah down syndrome yang melekat pada anak-anak yang terlahir dengan jumlah kromosom 47.
Ia lebih suka menyebutnya trisomy 21.

Memang hanya sebuah istilah, namun memberikan efek positif bagi Ata dalam mendampingi tumbuh kembang Raisya. Membuatnya lebih mudah menemukan kelebihan yang dimiliki buah hatinya itu. 

Lalu, lagi-lagi saya terhenyak.
Al meninggal! 

Wabah Covid 19 membuat Al pergi untuk selamanya. Meninggalkan Ata dan Raisya. Membayangkan perasaan Ata membuat saya kelu. Membayangkan rasa kehilangan yang dialami Raisya membuat saya merasa pilu. 

Bagaimana mereka menjalani hari-hari yang panjang dikemudian hari tanpa kehadiran sosok suami dan ayah yang penyayang? 

Raisya Cookies, Rasa dari Hati

Raisya Cookies of Love Series, Rasa dari Hati


Kehadiran Raisya adalah salah satu sumber kekuatan Ata untuk tetap tegak menjalani hari-hari sepeninggal Al. 

Ata berusaha untuk selalu ikhlas, tanpa ujung dan menerima sepenuhnya ketetapan Allah. Berbekal keyakinan bahwa semua ketetapan Allah merupakan yang terbaik baginya, Ata melanjutkan kehidupannya bersama buah hatinya, Raisya. 

Kesukaan Raisya membuat cookies menimbulkan inspirasi bagi Ata. 
Ia mengembangkan hobi Raisya dengan harapan hal itu akan membawa manfaat bagi tumbuh kembang Raisya. 

Hingga akhirnya berdirilah Arra Cafe, tempat Raisya membuat dan menjual karyanya. Cookies lezat dengan aroma kayu manis yang pas. 

Penasaran, saya pun menggigit kukis buatan Raisya yang sudah disiapkan sebelum mulai membaca. Setiap gigitan penuh dengan rasa haru yang menyesakkan.

Namun di samping rasa haru, saya sungguh takjub, bagaimana bisa seorang anak berkebutuhan khusus, bisa menciptakan perpaduan rasa yang unik, antara rasa manis yang pas dan sensasi aroma kayu manis yang menggoda. Rasa dari hati. 

Raisya Cookies ini terasa spesial, menghangatkan hati sekaligus enak. Sungguh, teman beraktivitas yang menyenangkan.
 
Oya, Teman-teman yang penasaran dengan cookies enak dengan  rasa unik ini, bisa loh pesan di :

Raisya Cookies, Rasa dari Hati


Membaca buku Cinnamon Cookies, sambil menikmati Raisya cookies membuat haru berdesakan. Yang pada akhirnya menerbitkan rasa syukur. 

Rasa syukur yang dalam telah diberi kesempatan menyesap kisah penuh hikmah di pergantian tahun Hijriyah. Menjadi energi tambahan di awal Muharram, untuk mengarungi kehidupan di masa mendatang dengan lebih baik, mengedepankan sikap husnuzon dan ridho serta ikhlas akan takdir Allah.


Jumat, 24 Februari 2023

Tips Menyembuhkan Luka Batin

Tips Menyembuhkan Luka Batin (Foto : Unsplash)

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya, yaitu : Ciri dan Karakteristik Orang Yang Terluka .  Sama-sama saya ambil dari buku Dalam Dekapan Ukhuwah, karya Salim A Fillah.

Landak Penyebar Duri

Kita sungguh tahu, dalam interaksi sosial yang kita jalani, secara sadar atau tidak, setiap orang memiliki, dan menciptakan masalah. Namun ada orang-orang tertentu yang memiliki sifat seperti seekor landak. Kenapa landak?

"Semua orang tahu," tutur Richard S. Gallagher dalam What to Say to A Cus, "Bahwa landak itu berduri. Yang kurang banyak diketahui adalah bahwa di antara landak-landak itu ada jenis yang suka menebarkan durinya untuk menyakiti sesama makhluk."

Itulah para landak penyebar duri.

Dalam sejarah Islam, landak penyebar duri ini kita jumpai dalam sosok, Abu Lahab, paman Rasulullah Saw sendiri. Kebenciannya yang mendalam terhadap pembawa kebenaran dan mengajak kepada kebaikan, menjerumuskannya kedalam kebinasaan. Namanya diabadikan dalam Al Qur'an bersama sang istri, si pembawa kayu bakar. QS. Al Lahab. Api yang bergejolak. Nauzubillah min dzalik.

Bagaimana karakter para landak penyebar duri ini dalam kehidupan kita sekarang?

Saat berjalan beriringan, mereka tidak ikut membantu memikul beban kita. Kadang mereka membuat beban yang ada menjadi lebih berat dari seharusnya. Dan sering juga durinya tanpa sengaja -- atau disengaja-- menusuk dan menyakiti kita. Membuat kita lumpuh dan jatuh.

Para penebar duri seolah tercipta untuk menghalangi orang yang ingin maju atau mendaki ke titik yang lebih tinggi. Mereka tak suka pada cita-cita tinggi. Mereka  benci pada orang yang mengajak manusia untuk memperbaiki diri.

Nauzubillah, semoga kita terhindar dari sifat seperti landak penyebar duri. 

Lalu, bagaimana sikap kita bila berada dalam lingkungan para penyebar luka? 

  • Hilangkan rasa buruk sangka

Buruk sangka adalah awal dari rusaknya sebuah hubungan. Baik dengan sesama, terutama dengan Sang Khalik.
  • Suburkan baik sangka
Prasangka baik akan membuat kita memandang orang lain dari sisi terbaik yang mereka miliki. Mempercayai yang terbaik dalam diri seseorang, akan mengeluarkan yang terbaik dari mereka.

Sementara itu, dalam Hadits Qudsi yang diriwayatkan Ibnu Majah, Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku, ada di sisi prasangka hambaKu pada diriKu."

Tugas kita adalah berbaik sangka.
Bahwa yang seringkali kita anggap musibah, mungkin saja bukan musibah itu sendiri.
Bahwa yang kita anggap penderitaan, bisa jadi pertolongan Allah dari jalan yang tidak sangka-sangka.
Bahwa mereka yang secara zhahirnya akan menyakiti, bisa jadi punya niat mulia di dalam hatinya. 
Bahwa kalaupun niatnya tak suci, kita tetap mendapatkan kebaikannya.
Dengan prasangka baik.
  • Memaafkan
Meski sulit, memaafkan itu menyembuhkan. Memaafkan membuat  ganjalan di hati kita terangkat, dan meluruhkan segala kepahitan  di dalamnya.

"Dia yang tak mampu memaafkan kesalahan orang lain," demikian dikatakan oleh George Herbert, "Telah menghancurkan jembatan yang seharusnya dia lalui sendiri."
  • Meninggalkan debat
Selalu ada pilihan saat berbicara dengan seseorang. Pilihan untuk memenangkan pendapat kita, atau memenangkan hatinya. 
  • Pahami diri dengan baik
Kemampuan kita mengenal diri dengan baik, menentukan apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan rasakan, yang pada akhirnya menentukan respon kita terhadap orang lain.

Bukankah teko hanya mengeluarkan apa yang ada di dalamnya? Jika kebaikan, maka hanya kebaikanlah yang keluar.

Mengenal diri dengan baik membuat kita mudah menerima masukan, atau menilai sesuatu secara adil, sehingga menimbulkan rasa nyaman dan tidak menggantungkan kebahagiaan pada sikap orang lain.

  • Doa agar terhindar dari membenci sesama muslim.
Karena luka itu bisa memicu kebencian, seperti yang terjadi pada Abdullah bin Ubay dan orang-orang munafik, maka jangan melupakan doa yang diajarkan Allah kepada kita.

"Dan janganlah Engkau jadikan ada rasa ghill di hati kami kepada orang-orang beriman, wahai Rabb kami. Sesungguhnya Engkau Mahalembut lagi Maha Penyayang."

Demikian tips menghadapi orang-orang yang berkarakter seperti landak.
Semoga kita diberi kekuatan untuk tetap menjadi pribadi yang lebih baik dan terhindar dari keburukan sikap yang bisa melukai sesama. Aamiin


Minggu, 19 Februari 2023

Antologi Kisah Inspiratif Para Pecinta Al Qur'an

Antologi Kisah Inspiratif Para Pencinta Al-Qur'an (Foto : Asdina)


Buku antologi kisah inspiratif para pecinta Al Qur'an, Bahagia Tanpa Tapi, ini saya terima dari seorang teman dekat, Mba Dina. Tak ada tendesi apa pun saat mulai membuka bukunya.

Rasa tertarik lebih kepada rasa ingin tahu, apa yang ditulis Mba Dina, salah seorang kontributor yang cukup lama saya kenal dalam dunia kepenulisan.

Seperti yang sudah-sudah, tulisan Mba Dina amat baik dan mengalir. Diawali dengan konflik, Mba Dina menceritakan tentang komunikasinya dengan Bima, anaknya, yang mulai membaik setelah  berinteraksi secara intensif dengan Al Qur'an.

Begitu juga dengan seluruh kontributor, semua menceritakan bagaimana Al Qur'an telah menjadi obat sekaligus jalan untuk menemukan kebahagiaan dengan pasangan, anak, keluarga besar serta hubungan dengan orang lain.

Interaksi yang konsisten, terstruktur dan sistematis membuat Al Qur'an menjadi cahaya yang menyingkap tabir gelap segala permasalahan yang tengah dihadapi, dengan bimbingan Pak Ustadz tentunya --yang tak disebutkan namanya di dalam buku ini, saya menduga, ini  tentu atas permintaan beliau.

Berulang-ulang dalam buku ini dituliskan, jika menghadapi masalah -apapun- dalam kehidupan, berpikirlah secukupnya dan perbanyak berdzikir. Karena seluruh solusi dari permasalahan yang kita hadapi adalah dengan cara berdzikir.

Salah satu cara berdzikir adalah dengan membaca Al Qur'an. Tilawah Al-Quran.

Jika tilawah yang kita lakukan tak kunjung memecahkan masalah, tambah dan tambah lagi dosisnya. 

Tilawah Al Qur'an ini,  tentu diiringi dengan adab dan niat yang benar sebelum membaca Al Qur'an. Fokuskan untuk mencari ridho Allah semata serta selalu berbaik sangka kepada Rabb, Allah Robbul'alamiin.

Antologi Kisah Para Pencinta Qur'an  Yang Lengkap

Semua menceritakan kisahnya masing-masing, dan membuktikan keajaiban Al Qur'an bekerja dalam kehidupan mereka. Masya Allah...

Kelebihan buku Bahagia Tanpa Tapi ini, menurut saya, ada pada kejujuran para kontributor dalam menulis.

Mereka masing-masing jujur saat menulis kisah di buku ini. Jujur menceritakan diri sendiri maupun gaya dalam menulis. Hal ini tampak dari tulisan  yang berbeda-beda  teknis penulisannya. 

Ini menjadi poin plus, dan membuat buku menjadi lengkap dengan keunikan kontributornya.

Ada tulisan-tulisan yang menyentuh hati -- membuat saya menangis saat membacanya, salah satunya tulisan Mba Adrya yang menulis secara detail kisah kehilangan putra pertama yang amat dicintainya, dan perjuangannya meraih bahagia bersama suami dalam naungan Al Qur'an.

Ada juga tulisan yang memotivasi para pemula, termasuk mereka yang ingin menghapal, namun belum baik bacaannya. Atau, yang ingin menghapal, namun ragu dengan kemampuan diri.

Kisah-kisah itu semakin lengkap dengan panduan cara menghapal dan berinteraksi dengan Al Qur'an, yang ditulis dengan lugas dan praktis.

Satu hal yang pasti, usai membaca buku antologi ini, dalam diri saya pribadi, tumbuh keinginan untuk lebih mengenal dan menghapal Al-Qur'an. Jangan menjadikan usia sebagai halangan, karena, toh nyatanya, para kontributor  memulai saat berusia rata-rata setengah abad. Usia bukan halangan, justru menjadi booster untuk lebih giat dan maksimal mempelajari Al Qur'an dan menghapal ya.

Menjadikan Al-Qur'an sebagai obat. Penyembuh bagi seluruh persoalan dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu hal yang perlu digarisbawahi  dari buku ini adalah luangkan waktu untuk membaca Al Qur'an, bukan menunggu waktu luang.

Bukankah kematian pun tak menunggu waktu luang untuk datang menjemput kita?

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Sahabat Moma. Salam....


Jumat, 17 Februari 2023

Ciri-ciri Dan Karakteristik Orang-orang Yang Terluka, Menurut Salim A Fillah

Ciri dan karakteristik orang yang terluka, menurut Salim A Fillah (Foto : Unsplash)

Sebagai makhluk sosial, kita tentu tak bisa lepas dari interaksi sosial baik dengan masyarakat luas, atau pun circle terkecil, yaitu keluarga.

Dalam membina hubungan, tak jarang kita bersentuhan dengan pribadi-pribadi yang unik, salah satunya, orang-orang yang terluka.

Yaitu, orang-orang yang memiliki luka batin atas suatu peristiwa yang pernah dialaminya di masa lalu.

Bicara tentang orang-orang yang terluka, Salim A Fillah menuliskan dengan panjang lebar (dan menarik) di dalam bukunya, Dalam Dekapan Ukhuwah.

Berikut cuplikan yang khusus membahas tentang orang-orang terluka.

Kesalahan terbesar dari orang-orang terluka adalah mereka tak segera menyembuhkan luka lamanya. Telusukan (penyebab luka) yang mengganggu itu dibiarkan. Jadilah orang-orang yang terluka itu sebagai mereka yang enggan berubah.

"Orang terluka," kata John C Maxwell, "Juga sulit menerima kegagalan."

Semua ketidakberesan dalam kehidupan yang sebenarnya bersumber dari lukanya tak disikapi sebagai pelajaran berharga.

Dia selalu menemukan orang, pihak, kelompok, benda atau apapun yang menurutnya telah menjadi sebab dari segala kepahitan. Telusukan itu masih ada di sana. Mengeram dalam diam namun mendatangkan kuman-kuman.

Orang terluka kurang suka membahas persoalan. Mereka tak tertarik untuk memperbincangkan akar masalah. Yang mereka tahu, hanyalah bahwa mereka kesakitan. 

Rasa tersiksa itu disebabkan seseorang telah menyentuh luka mereka, entah dengan cara apa.

Mereka selalu memandang dirinya sebagai korban. Rasanya pedih.

Dan bagi mereka, orang-oranglah yang salah. Selesai.

Lebih lanjut, orang terluka tak terlalu suka belajar dari lain. Itu akibat dari menganggap orang lain bersalah dan menyakiti dirinya. Dia juga enggan bertindak. Tak bergairah melakukan sesuatu untuk menghadapi berbagai masalahnya dan memecahkannya.

Ya.

Karena dia menganggap semua itu bukan salahnya.

(Hal 151-153)

Lebih lanjut Salim A Fillah menjelaskan bahwa orang-orang yang terluka itu memiliki karakteristik khas.

Dalam Dekapan Ukhuwah, karya Salim A Fillah

Berikut ciri-ciri dan  karakteristik orang-orang terluka menurut Salim A Fillah :

1. Orang terluka umumnya hanya memiliki palu dan menganggap semua hal adalah paku.

Ciri-cirinya :
  • Mereka sering bertindak sebelum mengetahui gambaran persoalan dengan utuh sehingga mereka salah waktu dan salah cara dalam merespon sesuatu.
  • Seringkali mengungkit masa lalu. Dalam pembicaraan mereka suka menyakiti sesama dengan menyebut ulang kesalahan dan kekhilafan yang dilakukan orang lain.
  • Suka memperburuk keadaan dengan memberikan reaksi berlebihan. 
  • Pemilik palu beranggapan bahwa situasi jauh lebih penting daripada hubungan. Misalnya, memenangkan debat jauh lebih penting daripada menjaga agar hati seorang kawan tak tersakiti.

Apakah kita memiliki ciri-ciri di atas? Semoga kita bisa membuang palu dari dada kita, dan meraih hati orang-orang yang kita sayangi. Aamiin...

2. Orang terluka enggan berubah.

Mereka memilih menikmati dan memelihara lukanya. Lalu menampilkan rasa sakit dengan segala cara. 
Sulit menerima kegagalan, tak tertarik untuk memperbincangkan akar masalah, serta tak suka belajar dari orang lain.

Mereka fokus dengan rasa sakit dan menyalahkan orang lain yang menyebabkan munculnya rasa pedih setiap kali tersentuh --- entah dengan cara apa.

Mereka selalu merasa menjadi korban atas segala kondisi yang menimpanya.

3. Pengeluh yang fasih dan penuh penjiwaan.

Jika orang-orang mukmin mengeluh hanya kepada Allah, seperti Ya'qub dalam Surat Yusuf ayat ke-86 berkata, "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya."

Sementara orang-orang terluka, suka mengeluh kepada manusia. Padahal, sembarang mengeluh itu berbahaya.

Nah, Sahabat Moma, semoga kita terhindar dari sifat-sifat di atas. Minimal, jika ada dalam diri kita karakteristik tersebut, kita bisa berusaha mengurangi kebiasaan-kebiasaan buruk yang nyata-nyata  membahayakan  orang-orang di sekitar kita. 

Untuk membina hubungan dengan orang-orang yang kita sayangi, buanglah palu dalam diri kita. 
Jangan pula menjadi landak yang suka menebar duri tubuhnya untuk melukai orang lain.  Nauzubillah min dzalik...


Kamis, 16 Februari 2023

Cerpen Remaja Liza P Arjanto, Gantungan Kunci Spesial Untuk Koko

 

Cerpen remaja, Liza P Arjanto (Foto : Pixabay)

Cerpen remaja ini merupakan satu jejak bersama puluhan cerpen lainnya yang ditulis teman-teman di kelas menulis, Penulis Tangguh asuhan Bunda Nurhayati Pujiastuti. Di dalamnya ada cerpen Yulina Triharningsih, Utami Panca Dewi, Ruwi Meita, Yuniar Khairani, dan lain-lain. Dear Koko, adalah cara kami untuk mengenang adik, sekaligus sahabat yang telah pergi mendahului kami, Koko Ferdy.

---

 

Antologi cerpen remaja, Penulis Tangguh (Foto : koleksi pribadi)

Gantungan Kunci Spesial Untuk Koko

Oleh : Liza P Arjanto

 

        Tangan Monik bergerak lincah meronce manik-manik yang berkilauan ditimpa sinar matahari pagi. Sementara mulutnya tak henti menerangkan pada teman yang duduk paling dekat dengannya cara merangkai manik-manik itu. Sesaat ia akan menikmati rasa kagum yang muncul di mata teman-temannya. Lalu mendengarkan pujian tentang betapa terampilnya ia membuat aneka gelang dan gantungan kunci. Namun itu hanya sesaat.

Ia tahu, mereka tak pernah menyukai dirinya. Mereka hanya terpaksa mendengarkan kalimatnya demi kesopanan dan menjaga perasaannya. Monik tahu itu. Ia bisa merasakan semua itu. Sebentar lagi satu persatu temannya yang tadi bergerombol akan pamit. Pada akhirnya ia akan duduk sendiri. Hanya sendiri saja, bersama kotak manik-maniknya.

“Sorry, Mon, aku ke kantin dulu ya. Jangan lupa, gantungan kuncinya buat aku.” Pamit Febby sambil bergegas meninggalkan Monik yang terus meronce. Monik mengangguk pelan. Ia sudah biasa dengan semua itu.

Sekali waktu ia pernah bertanya pada Febby, mengapa teman-teman menjauhi dan menghindarinya. Febby hanya mengatakan, karena ia dianggap aneh. Ia menjadi anak aneh karena selalu membawa kotak manik-manik kemana pun ia pergi. Ia dianggap aneh, karena ia tidak bisa pergi kemana-mana tanpa pengawalan mama. Kecuali saat sekolah. Bahkan ketika study tour, mama akan duduk di sebelahnya.

Monik menghela napas. Air mata membayangi bola matanya. Ditatapnya gerombolan teman-teman sekolahnya yang tertawa ceria. Mereka berkelompok-kelompok. Mereka tertawa bahagia. Kecuali dirinya. Tiba-tiba ia merasa sunyi.

Perlahan ia membereskan kotak manik-maniknya. Ia tak ingin terlihat semakin aneh bila menangis tanpa sebab. Hanya ada satu ruangan yang akan memeluknya dan membuatnya damai. Bekas ruang ekstrakurikuler PMR. Ia tak sengaja menemukan ruangan itu saat hendak mencari seseorang. Sejak saat itu ia sering bersembunyi di sana bila ia ingin sendiri.

Akan tetapi kali ini ia keliru.  Di dalam ruangan itu ada sosok bertubuh jangkung yang tengah asyik menulis. Koko, desisnya dalam hati. Kenapa ketua kelasnya itu ada di sini? Ia merasa heran sekaligus gugup. Ia memutuskan segera berbalik ketika kotak manik-maniknya terjatuh dan berhasil membuat Koko terlonjak kaget. Wajah Monik memerah.

“Maaf, Ko. Kupikir nggak ada siapa-siapa di sini.” Dengan gugup Monik meminta maaf seraya memunguti manik-maniknya yang berceceran di lantai. Perasaannya campur aduk terlebih ketika Koko tersenyum maklum.

“Nggak apa-apa. Emang kamu biasa menyendiri di sini ya?”ujar cowok berambut jambul itu. Ia menutup buku catatannya dan langsung membantu Monik mengumpulkan manik-maniknya.”Kalo gitu aku yang harus minta maaf karena membuatmu kaget.”

Monik menggelengkan kepalanya. Degup di dadanya semakin kencang. Inginnya ia segera berlari meninggalkan ruangan itu. Tapi itu tak mungkin. Tak mungkin ia pergi tanpa kotak manik-manik miliknya. Dengan keringat yang berembun di ujung hidungnya, ia menabahkan hati menghadapi cowok baik hati yang diam-diam mencuri perhatiannya sejak pertama bertemu.

Semakin banyak butiran manik yang terkumpul semakin bertambah rasa percaya diri Monik. Pelahan ia perasaan nyaman melingkupi dirinya. Dan ketika semua manik berhasil terkumpul, ia bisa menatap wajah ganteng di hadapannya.

“Kamu mau aku buatkan gantungan kunci, Ko?” tanyanya dengan mata penuh harap.

“Oh, mau dong. Kamu, kan, pintar membuat gantungan kunci unik.” Senyum di wajah Koko membuat debur di dada Monik kian kencang. Namun Monik bisa mengatasinya dengan meronce manik-manik. Kali ini untuk Koko. Sesuatu menjadi gantungan kunci yang spesial, janji Monik dalam hati.

*

Ternyata membuat gantungan kunci yang spesial itu tak mudah. Berulang kali Monik membuat gantungan kunci, hasilnya selalu biasa saja di matanya. Monik memang tak pernah mengurai lagi rangkaian manik yang diikat benang nilon itu. Sebab itu di meja belajarnya kini dipenuhi gantungan kunci aneka warna dan bentuk.

Menurut mama, gantungan kunci buatannya itu bagus-bagus. Akan tetapi tak cukup bagus untuk Koko, bantah Monik dalam hati, setiap kali mama berkomentar soal gantungan kunci yang terus bertambah setiap hari.

Di sekolah pun setiap kali ada kesempatan, ia akan menyendiri membuat gantungan kunci. Bila dulu ia masih berusaha menyapa teman-temannya dan membuatkan mereka gantungaan kunci, pin, atau gelang, kini ia disibukkan dengan membuat gantungan kunci untuk Koko.

Hal itu pula yang membuat ia -sebisa mungkin- menghindari  Koko. Agak sulit tentunya mengingat mereka berada di kelas yang sama. Untungnya ia terbiasa dianggap tidak ada di kelas. Kehadirannya atau ketidakhadirannya tak akan mempengaruhi suasana kelas.  Sehingga ia memutuskan hanya ingin berbicara pada Koko bila gantungan kunci itu sudah selesai ia buat.  Sayangnya, meski sudah berhari-hari ia belum juga berhasil membuat sesuatu yang spesial untuk Koko. Gantungan kunci yang dibuatnya, selalu biasa-biasa saja di matanya.  

Monik menatap gantungan kunci kesekian yang telah selesai ia buat. Selalu saja ada yang terasa kurang. Lalu pandangannya beralih ke arah kotak manik-manik. Ada perasaan kesal yang menyeruak. Tidak pernah ia merasa sekesal ini. Ia telah membongkar tabungannya untuk membeli berbagai manik. Bermacam-macam warna. Tetap saja ia merasa manik-manik yang dimilikinya kurang banyak.

        “Hai... kamu di sini ternyata.” Seruan Febby mengagetkan Monik.

        “Iiya... kamu mencari aku?”

        “Iya, aku dan Koko mencari kamu.” Febby menatap Monik dengan pandangan sungguh-sungguh.

Mendengar nama Koko disebut, Monik langsung merasa gugup. Cepat-cepat ia mengambil satu butiran manik merah dan memasukkan benang nilon ke dalam lubang di tengah butiran. Secercah cahaya memantul dan menimbulkan kilau indah di mata Monik. Monik tersenyum ia sudah merasa tenang. Jemarinya terus bergerak.

“Tumben mencariku. Ada apa sih?” tanyanya santai.

Febby memperhatikan sejenak jari Monik yang bergerak lincah, kemudian menjelaskan dengan bersemangat.

“Mon, sebentar lagi,kan, perayaan hari besar.. Di sekolah kita akan ada bazar. Koko mengusulkan agar kelas kita membuka stand khusus. Kamu dan teman-teman boleh menjual hasil kreativitas di stand kelas, tetapi keuntungannya akan disumbangkan pada yayasan disabilitas. Gimana?”

Tangan Monik tertahan. Ia terkejut mendengar uraian Febby.

“Serius, Feb? Kamu dengar dari mana?” Tangannya kembali bergerak.

Febby memonyongkan bibirnya.

“Kamu sih kabur-kaburan melulu setiap jam kosong dan jam istirahat. Jadi kudet.”

Monik tertawa kecil.

“Jangan cuma senyum-senyum. Kamu setuju enggak? Sayang kan kalo gantungan kunci dan segala macam pernik yang kamu buat mubazir?”

Ingatan Monik melayang ke meja belajarnya yang penuh dengan aneka gantungan kunci. Sesuatu melintasi pikirannya.

“Kapan diadakan bazar?”  tanyanya kemudian.

        “Dua minggu lagi.” Jawab Febby. “Bisa?”

        Monik menganggukkan kepalanya pelan.

**

        Monik memasukkan gantungan kunci terakhirnya ke dalam kotak dengan perasaan puas. Tak sia-sia selama dua minggu ini ia bekerja keras membuat gantungan kunci. Ia memang gagal membuat gantungan kunci spesial untuk Koko. Sebagai gantinya ia membuatkan 1000 buah gantungan kunci yang akan disumbangkannya untuk acara bazar di sekolahnya.

        Ia membayangkan ekspresi terkejut di wajah cowok yang berdiam di relung hatinya itu. Ia tahu, ia tak mungkin bisa bersama Koko. Di sana sudah ada Febby yang diam-diam selalu Koko pandang dengan tatapan penuh arti.  Ia juga pernah menemukan selembar kertas yang tertinggal di ruang ekskul, ruang tempat ia menemukan Koko yang tengah serius menulis. Kertas yang telah mengungkapkan perasaan terdalam Koko pada Febby. Kenyataan pahit yang membuatnya kesulitan meronce gantungan kunci spesial untuk Koko, meski pun ia telah berusaha sungguh-sungguh.

        Monik menarik napas dalam-dalam. Ada rasa lega setelah sekian lama ia mencoba mengingkari kenyataan itu. Mengingkari rasa nyeri yang menghunjam setiap kali ingatannya melayang pada cowok bermata teduh itu.

        Namun ada sebuah alasan lain yang ia tutup rapat-rapat. Sebuah rahasia yang menghantui seumur hidupnya.

        Monik memejamkan mata, mengusir kabut yang membayangi bola matanya. Setitik air jatuh menimpa kotak manik-manik yang telah kosong. Sesaat Monik merasa gamang. Tubuhnya terasa amat letih. Pikirannya mendadak kosong. Pelahan kesadarannya pun lesap.

        Ketika membuka mata, dilihatnya kerut di kening mama bertambah dalam. Meski tersenyum, ia tahu, mama mencoba menyembunyikan kesedihan terdalamnya.

        “Aku kambuh lagi ya, Ma?”

        Mama menggangguk pelan.

        Mata Monik berkabut. Epilepsi. Serupa hantu yang membayangi kehidupannya. Membuat ia merasa tak pantas untuk siapa pun. Termasuk Koko. Sekuat tenaga ia menahan air matanya agar tak tumpah di depan mama. Mama menggenggam tangannya erat.

        “Jadilah gadis kuat, Nak. Mama yakin, kamu bisa. Sebab hidup tak pernah bertambah mudah. Tapi kamu akan jadi pemenangnya.”

        Airmata Monik pun luruh. Akan tetapi di dalam dadanya sebentuk hati baru telah terbentuk, jauh lebih kuat dari sebelumnya. Tamat.

 

Museum Geologi Bandung, Wisata Edukasi Murah Meriah

Museum Geologi Bandung, wisata edukasi murah meriah (dok.pri) Liburan  paling asyik jika diisi dengan acara jalan-jalan bareng keluarga. Ngg...