Tampilkan postingan dengan label Bisnis Online. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bisnis Online. Tampilkan semua postingan

Rabu, 25 Januari 2023

Puding Dekoratif Nan Memesona Mamduh Kitchen

Puding dekoratif menggunakan bunga edible (aman dikonsumsi) by Mamduh Kitchen (foto : koleksi Wendra)


Sungguh benar pepatah yang berbunyi : apa yang tidak membunuhmu hanya akan membuatmu menjadi jauh lebih kuat dari sebelumnya. Meniti karir dari jenjang yang paling bawah hingga meraih karir cemerlang.

Adalah Wendra Basarah, selain berkiprah sebagai manager artis di bawah bendera Wendra Management, juga menekuni bisnis kreatif dengan mengembangkan keahliannya membuat puding dekoratif.

Dunia kuliner, khususnya puding dekoratif, bukanlah dunia yang asing bagi Wendra. Jauh sebelum menjadi manajer artis-artis papan atas, Wendra memulai karirnya sebagai seorang chef. (Mampir di sini ya :Wendra Basarah : Dari Ojek Payung Menjadi Manager) dan. Kisah Hijrah Manajer Artis)

Kerja keras dan perfecto merupakan jalan ninja Wendra Basarah. Ia tak pernah setengah-setengah saat menekuni bidang yang digelutinya.

Puding dekoratif (foto : koleksi Wendra)


Berbekal pengalaman belajar, baik secara formal atau pun otodidak, membuat karir teranyarnya sebagai masterchef di dunia perpudingan, khususnya puding dekoratif, kian bersinar.

Melalui media sosial Instagram, Wendra mengembangkan bisnisnya hingga bisa menjangkau target pasar yang lebih luas dan beragam. Tidak mengherankan jika kedutaan Amerika pun memesan puding hias buatan Wendra yang atraktif ini.

Kekuatan puding dekoratif Mamduh Kitchen ini selain tampilannya yang memesona, juga rasanya yang kuat dan lezat. Siapapun yang pernah mencicipi puding buatan Wendra tentu sepakat, tentang rasa ini. Rasa yang berbeda dari puding-puding pada umumnya. Rasa yang istimewa.

Lihat YouTube tuk melihat lebih banyak :
Puding dekoratif by Mamduh Kitchen


Yup, tidak mengherankan. Karena Wendra selalu menggunakan bahan pilihan dan premium untuk puding-puding yang dibandrol dengan harga mulai 650K hingga 2,5 juta.

Wendra juga akan menggali informasi dari customer agar dapat membuat puding yang betul-betul cocok dan pas dengan momen yang diinginkan. Selain garansi yang diberikan jika puding yang dikirim mengalami kerusakan atau tidak sesuai dengan kualitas yang ditawarkan. Sejauh ini, tidak ada  customer yang komplain terkait masalah ini. Bahkan, yang sudah-sudah, banyak yang repeat order lho.

Luasnya target pasar yang dimiliki, membuat Wendra kerap diminta untuk mengajar di kelas-kelas privat. Untuk kelas privat ini, Wendra mengenakan biaya 1,5 jt per orang, untuk beberapa pilihan menu sesuai kebutuhan.

Secara umum, Wendra menggunakan bahan-bahan seperti : bahan pokok puding : Agar-agar, jelly, gelatine, gelamix  yang  semuanya menggunakan teknik pengolahan khusus dan hasil tekstur  puding yang berbeda-beda.

Contohnya dalam pembuatan puding loyang dan puding cup

Dari tekstur pudingnya,  puding cup teksturnya soft, agar mudah disendok. Sementara  puding loyang teksturnya medium hard dan hard.

Tertarik untuk order atau mengikuti kelas privatnya?

Sila  hubungi Wendra Basarah via DM Ig @mamduhkitchen

Puding Cake Buah by Mamduh Kitchen (foto : koleksi Wendra)

Puding replika kaktus menggunakan cup by Mamduh Kitchen, mirip aslinya. (Foto : koleksi Wendra)






Selasa, 12 Juli 2022

Bisnis Kuliner Online, Solusi Tepat di Masa Sulit

 

Bisnis kuliner online perlu jaringan internet yang kuat (Foto : Fixabay)

Tak ada yang betul-betul buruk sebetulnya dalam kehidupan ini. Bahkan pada titik terburuk pun, selalu terselip banyak hikmah dan kebaikan di dalamnya. Kita, hanya, seringkali tidak menyadarinya.

Dua tahun lalu, contohnya, saat wabah Corona menerjang, kondisi keuangan keluarga kami terkoreksi besar-besaran. Kondisi itu bertambah buruk saat anak kedua saya sakit, lalu pergi untuk selamanya. Saya terpukul, pastinya. Tak ada seorang ibu pun yang sanggup ditinggal buah hati yang mendiami puncak hatinya. Anak,  sekaligus sahabat dan harapan di masa depan.

Saya merasa patah hati sejadi-jadinya. Jika bisa berkubang dalam kesedihan, maka itulah yang akan saya lakukan sepanjang hari. Namun, itu sungguh tak adil bagi anak-anak yang lainnya. Bukankah mereka pun sama berharganya? Dan mereka membutuhkan ibu yang sehat dan bahagia. Mau tidak mau, saya harus menyingkirkan air mata di hadapan mereka. Sungguh, itu bukanlah hal yang mudah.

Konon kesibukan seringkali efektif untuk membunuh kesedihan, dan, itulah yang kemudian saya lakukan. Saya harus keluar dari kesedihan sesegera mungkin. Demi kesehatan, demi anak-anak...

Dapur MomaLiza dan Peran Komunitas
Foto cantik dari customer Dapur MomaLiza (Foto : Teh Icha)

Aktivitas apa yang bisa menyibukkan saya di saat PPKM tengah diberlakukan dengan ketat? Ide itu muncul di tengah kondisi yang serba tidak pasti. Namun bukankah peluang itu harus diciptakan? 

Kondisi pandemi yang membuat sebagian orang takut keluar rumah, justru menjadi peluang bisnis bagi saya. Alih-alih berdiam diri di rumah dan terus bersedih hati, saya memilih berbelanja ke pasar untuk mewujudkan ide dengan memulai usaha kuliner. (Ssst, ada yang bilang jika ingin membuka usaha, carilah usaha yang menyangkut kebutuhan hidup sehari-hari, dan saya memutuskan untuk mencoba bisnis kuliner).

Melalui jejaring sosial Facebook, saya menawarkan produk pertama Dapur MomaLiza : Paru Ungkep dengan varian rasa original dan pedas.

Produk pertama Dapur MomaLiza ini mendapat sambutan hangat dari teman-teman Facebook, terutama teman-teman penulis. (Thanks a lot, Guys... ) Dukungan komunitas penulis ini, jujur saja, menjadi bagian penting dalam perjalanan bisnis kuliner saya.

Saya tidak hanya mendapat customer loyal, namun juga mendapatkan promosi-promosi gratis yang mengenalkan produk Dapur MomaLiza ke lingkungan yang lebih luas. (Sekali lagi, terima kasih banyak..., tanpa kalian tak terbayang, bagaimana caranya berdiri tegak di masa sulit).

Dengan dukungan penuh teman-teman penulis, pelan-pelan Dapur MomaLiza mulai menambah varian menu : Paru Aceh, Ayam/Bebek Rica-rica, Ayam/Bebek Ungkep, Sambal Goreng Ati, Beef Teriyaki, dan Goreng Garem menjadi menu yang bisa pesan kapan saja.

Produk Dapur MomaLiza (Foto : Darwan)


Oya, bukan tanpa alasan,  jika saya lebih memilih menu-menu khas daerah. Selain karena rasanya yang kuat dengan rempah-rempah alami, menu-menu tersebut memiliki cita rasa yang khas. Hanya mengandalkan bumbu alami saja,   tanpa tambahan MSG buatan, rasanya sudah sedap.

Untuk menjaga kualitas rasa, saya hanya menggunakan bumbu-bumbu dapur yang segar. Juga bahan-bahan terbaik. Saya tidak pernah main-main soal ini. Contohnya saat membuat Goreng Garem, saya menggunakan minyak goreng yang selalu baru dengan kualitas yang bagus. Saya juga tidak memakai minyak goreng berulang kali, meski sama-sama menggoreng bawang.

Bukan apa-apa. Saya hanya merasa itu hak customer untuk mendapatkan produk terbaik. Tak adil rasanya jika menggunakan minyak bekas untuk menggoreng bawang, padahal mereka membayar dengan harga yang sama.

Goreng Garem by Dapur Momaliza sudah jalan-jalan di Jerman loh (Foto : Pribadi)

Ada satu rahasia kecil yang agaknya perlu saya bagi di sini. Ada yang mau tahu? Atau, mau tahu banget? Hehehe... Ok. Meski nggak ada yang mau tahu, saya tetap mau berbagi kok. Biar nggak jadi rahasia lagi dan bisa diambil hikmahnya.

Bakat atau Kepepet ?

Sejujurnya saya nggak punya bakat memasak. Teman-teman yang kenal saya sejak jaman kuliah pasti tahu banget kedudulan saya di dunia masak. Tapi, ya, saya beruntung punya Mamah yang pintar masak. Meski sering diusir dari dapur (supaya rajin belajar), sedikit-sedikit saya paham tehnik memasak. Mamah pun sering memberi tips masak, meski saya tak tertarik untuk memasak.

Kebisaan saya memasak sebetulnya berkat bantuan internet. Serius lho. Belajar masak  juga dari Youtube. Sesekali –jika lagi rajin-- mencoba resep-resep yang berhamburan di internet. Asalkan mau mencoba, kita bisa memasak menu apa saja. Saya mencoba dari resep-resep yang mudah dan simpel, hingga akhirnya menemukan resep yang pas di lidah keluarga. Jadi, manfaat internet itu terasa banget bagi saya yang sama sekali tidak memiliki ilmu memasak ketika memasuki dunia rumah tangga.

Bayangkanlah, dulu, bagaimana tersiksanya suami saya menghabiskan masakan buatan istrinya yang nggak jelas, sebelum kehadiran IndiHome, Internetnya Indonesia ini. Maksud hati masak semur daging, yang ada rasanya asin, atau masak gulai tapi jadinya aneh. Ya semacam itulah. Bahkan, bapak saya sendiri trauma dan menolak menu kesukaannya setelah mencicipi masakan buatan saya. Hiks. Saking payahnya saya memasak.

Patut disyukuri memang kehadiran IndiHome, yang menjadi salah satu produk dari Telkom Indonesia ini. Internetnya Indonesia dengan jaringan kabelnya yang stabil dan mantap, memudahkan penggunanya mencari berbagai informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan diri saat menghadapi masa-masa sulit penuh tekanan. Mengubah situasi kepepet menjadi duit. Aih, sedap kan?

Jadi, tak bisa memasak bukan berarti tak bisa membangun bisnis kuliner lho. Manfaatkan saja berbagai fasilitas yang ada. Termasuk internet dan jaringan pertemanan di media sosial. Jangan hanya terjebak di mom war-mom war yang tak kunjung selesai. Hidup terlalu berharga untuk dihabiskan dalam perdebatan.

Lebih baik gunakan waktu untuk terus mencari strategi bisnis, syukur-syukur bisa merambah hingga ke mancanegara. Dream banget kan ini?


 

Museum Geologi Bandung, Wisata Edukasi Murah Meriah

Museum Geologi Bandung, wisata edukasi murah meriah (dok.pri) Liburan  paling asyik jika diisi dengan acara jalan-jalan bareng keluarga. Ngg...