Mariana Yunita Hendriyani Opat, Pejuang hak kesehatan reproduksi seksual
(Foto : @tenggarantt)
Mariana Yunita Hendriyani
Opat, atau akrab dipanggil Tata, amat menyadari bahwa bagi sebagian masyarakat,
khususnya di Nusa Tenggara Timur, kesehatan reproduksi masih menjadi hal yang
tabu untuk dibicarakan. Membicarakan perihal reproduksi dianggap membahas hal-hal
porno yang bertentangan dengan norma dan tradisi yang berlaku di masyarakat.
Namun, kenyataan di lapangan membuat Tata prihatin. Terutama yang menimpa anak-anak dan remaja yang tumbuh dalam lingkungan masyarakat miskin dan marjinal. Alangkah ngilu rasanya ketika ia menemukan fakta ada remaja yang menggunakan koran dan kardus bekas sebagai pembalut. Hal seperti ini tak pernah ia bayangkan.
Tata juga menemukan bahwa sebagian besar dari 500 remaja di NTT tidak memiliki akses terhadap sumber informasi pendidikan seksual dan tidak adanya komunitas untuk menceritakan atau membahas pendidikan seksual pada remaja dan anak-anak.
Akibatnya, kasus kehamilan yang tak diinginkan dan diluar nikah, serta aborsi ilegal terus terjadi di kalangan masyarakat yang marjinal. Kasus-kasus kekerasan seksual yang menimpa anak dan remaja pun menjadi catatan kelam yang tersembunyi dalam gelap, lalu lesap begitu saja.
Rasa prihatin yang terus
saja hadir, mendorong Tata untuk mendirikan Tenggara Youth Community,
pada tahun 2016. Tata berharap Tenggara Youth Community ini menjadi wadah
yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman untuk mengkomunikasikan berbagai isu
dan memberikan edukasi terkait kesehatan reproduksi remaja dan seksualitas
kepada remaja secara komprehensif.
Tata mafhum, membicarakan
seksualitas selalu menjadi hal yang sensitif. Orang tua dan sekolah enggan
menyampaikan hal-hal penting yang berkaitan dengan kesehatan seksual pada anak
dan remaja. Padahal perubahan dan perkembangan fisik yang dialami remaja kerap
menimbulkan berbagai tanya dan kekhawatiran tertentu di benak mereka.
Melalui komunitas ini,
Tata ingin merengkuh remaja dan anak-anak, serta menyampaikan informasi yang
mereka butuhkan, agar dapat memahami perubahan yang terjadi dalam diri mereka
serta memiliki kemampuan untuk melindungi diri sendiri dari segala macam bentuk
kejahatan seksual yang kerap menghampiri mereka.
Salah satu program yang
diusung komunitas ini adalah Bacarita Kespro. Dengan konsep bercerita,
dan metode pembelajaran yang inovatif, dengan
menggunakan alat peraga, Tata berharap
informasi mengenai kesehatan seksual dan reproduksi dapat lebih mudah
disampaikan dan dimengerti oleh anak-anak dan remaja.
Ia pun ingin mematahkan anggapan yang keliru, bahwa mengajarkan seksualitas itu merupakan hal yang tabu, atau sama dengan mengajarkan pornografi dan seks bebas.
Menurut Tata dengan adanya informasi yang lengkap dan komprehensip, remaja lebih siap dengan perubahan fisik yang dialaminya, serta bisa lebih menjaga diri dari pergaulan tak sehat yang mengancam dirinya.
Bahaya kekerasan seksual selalu menjadi ancaman yang rentan terjadi pada anak-anak dan remaja. Segala bentuk pelecehan dan kekerasan seksual yang kerap diabaikan membuat banyak anak-anak dan remaja, khususnya perempuan, mengalami trauma dan kehilangan masa depannya. Tata bekerja sama dengan berbagai pihak terkait, memberikan bantuan dan pendampingan. Seperti psikolog dan lembaga-lembaga lainnya.
Dorongan dan pendampingan
yang diberikan Tata dan teman-teman membuat para korban kekerasan seksual berani
untuk terus melangkah dan memperjuangkan masa depannya.
Tak Melupakan Teman-Teman Disabilitas
Meski terasa berat, perjuangan Tata dan teman-teman melalui program Bacarita Kespro berhasil menjangkau lebih dari 4000 remaja dari 30 komunitas yang berasal dari berbagai kalangan dan jenjang sekolah. Termasuk kelompok disabilitas.
Tata menyadari
teman-teman disabilitas merupakan kelompok yang sangat rentan mendapatkan
kekerasan seksual, bahkan dari lingkungan terdekat. Teman-teman yang tergabung
dalam komunitas melakukan pendekatan dengan menggunakan alat peraga dan bahasa isyarat
sehingga mudah dimengerti.
Gigih Memperjuangkan Hak Kesehatan Reproduksi Seksual (HKSR)
Mengubah Tradisi Sifon
Upaya yang dilakukan Tata
dengan gigih ini berhasil mengubah sudut pandang remaja di Nusa Tenggara Timur,
khususnya di Pulau Timor. Di pulau ini ada satu tradisi sunat di Suku Atoni Meto
yang berlangsung secara turun temurun, yaitu tradisi Sifon.
Tradisi Sifon ini menggunakan bambu tajam sebagai alat sunat atau pisau dapur yang telah diasah yang dilakukan oleh ahelet (juru sunat) yang mendapatkan ilmu secara turun-temurun. Tradisi ini dilakukan dengan berbagai ritual.
Salah satu bagian ritual yaitu mengharuskan laki-laki yang
telah disunat untuk melakukan hubungan seksual dalam kondisi alat kelamin yang
masih berada dalam masa pemulihan, yaitu 5-7 hari pasca sunat. (Ngilu dan merinding, Gaes nulis ini. Beneran… Tapi ini fakta
yang harus ditulis)
Terlepas dari bisa atau tidaknya
melakukan hubungan seksual, kondisi ini jelas berbahaya. Selain rentan dengan
penularan penyakit seksual, juga berpotensi menularkan virus HIV, karena dilakukan dengan perempuan pekerja seks komersial. Selain itu ritual ini berpotensi mengguncang mental remaja yang disunat, baik secara psikologis, sosial dan spiritual. (Jujur, jiwa penulis sih yang nyata-nyata terguncang. Hehehe….)
Lewat Bacarita Kespro,
remaja-remaja di Pulau Timor tersadarkan dan berinisiatif untuk beralih dari tradisi
Sifon ke sunat medis yang lebih aman. Ini merupakan keberhasilan besar, karena
mengubah tradisi yang sudah berlangsung beberapa generasi jelas bukan perkara
mudah. Keberhasilan Tata bersama Tenggara Youth Community sangat layak untuk
diapresiasi.
Meraih Penghargaan SATU Indonesia Awards 2020
Maka tidaklah
mengherankan jika penghargaan SATU Indonesia Awards tahun 2020 diberikan PT Astra International, Tbk kepada
Mariana Yunita Hendriyani Opat untuk kategori kesehatan. Apresiasi ini diberikan
khusus untuk generasi muda yang gigih memperbaiki kondisi masyarakat di sekitar
untuk menjadi lebih baik.
Perjuangan Tata dan teman-teman
di Tenggara Youth Community dalam mengedukasi hak kesehatan reproduksi dan seksual,
serta upaya pendampingan terhadap korban-korban kekerasan seksual berhasil
memberikan kontribusi positif dalam masyarakatnya.
Tata berharap apresiasi
yang diberikan ini bisa memudahkan dan memperluas jejaring sosial dan
komunikasi pada pihak-pihak terkait, sehingga mampu memberikan dampak yang
lebih luas dan signifikan kepada masyarakat.
Referensi:
Instagram Tenggara Youth Community : @tenggarantt
https://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/2786-peran-perawat-keluarga-dalam-melawan-tradisi-sifon-suku-timor-di-nusa-tenggara-timur
Ya Allah bacanya merinding , diera globalisasi masih ada & masih banyak daerah daerah seperti ini , terimakasih mba Tata dan kawan kawan komunitas peduli sosial , berkat kalian kita bisa menghela nafas , berkat kalian , generasi selanjutnya terselesaikan, semoga ada Tata Tata lain di tempat tempat seperti ini dipelosok pelosok negri , insyaallah kalian selalu dilindungi Allah dimanapun berada. Semangat kawan , sehat terus ya.
BalasHapusTerimakasih bu Liza , sudah berbagi informasi, semangat menulis kembali.
Aamiin... Terima kasih tuk suport nya Bu Rina. Sehat-sehat selalu.
Hapus