Minggu, 03 November 2024

Mariana Yunita Hendriyani Opat, Pejuang Hak Kesehatan Reproduksi Seksual

 

 

Mariana Yunita Hendriyani Opat, Pejuang hak kesehatan reproduksi seksual 
(Foto : @tenggarantt)

Mariana Yunita Hendriyani Opat, atau akrab dipanggil Tata, amat menyadari bahwa bagi sebagian masyarakat, khususnya di Nusa Tenggara Timur, kesehatan reproduksi masih menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan. Membicarakan perihal reproduksi dianggap membahas hal-hal porno yang bertentangan dengan norma dan tradisi yang berlaku di masyarakat.

Namun, kenyataan di lapangan membuat Tata prihatin. Terutama yang menimpa anak-anak dan remaja yang tumbuh dalam lingkungan masyarakat miskin dan marjinal. Alangkah ngilu rasanya ketika ia menemukan fakta ada remaja yang menggunakan koran dan kardus bekas sebagai pembalut. Hal seperti ini tak pernah ia bayangkan. 

Tata juga menemukan bahwa sebagian besar dari 500 remaja di NTT tidak memiliki akses terhadap sumber informasi pendidikan seksual dan tidak adanya komunitas untuk menceritakan atau membahas pendidikan seksual pada remaja dan anak-anak. 

Akibatnya, kasus kehamilan yang tak diinginkan dan diluar nikah, serta aborsi ilegal terus terjadi di kalangan masyarakat yang marjinal. Kasus-kasus kekerasan seksual yang menimpa anak dan remaja pun menjadi catatan kelam yang tersembunyi dalam gelap, lalu lesap begitu saja. 

Rasa prihatin yang terus saja hadir, mendorong Tata untuk mendirikan Tenggara Youth Community, pada tahun 2016. Tata berharap Tenggara Youth Community ini menjadi wadah yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman untuk mengkomunikasikan berbagai isu dan memberikan edukasi terkait kesehatan reproduksi remaja dan seksualitas kepada remaja secara komprehensif.

Tata mafhum, membicarakan seksualitas selalu menjadi hal yang sensitif. Orang tua dan sekolah enggan menyampaikan hal-hal penting yang berkaitan dengan kesehatan seksual pada anak dan remaja. Padahal perubahan dan perkembangan fisik yang dialami remaja kerap menimbulkan berbagai tanya dan kekhawatiran tertentu di benak mereka.  

Melalui komunitas ini, Tata ingin merengkuh remaja dan anak-anak, serta menyampaikan informasi yang mereka butuhkan, agar dapat memahami perubahan yang terjadi dalam diri mereka serta memiliki kemampuan untuk melindungi diri sendiri dari segala macam bentuk kejahatan seksual yang kerap menghampiri mereka.

Salah satu program yang diusung komunitas ini adalah Bacarita Kespro. Dengan konsep bercerita, dan metode pembelajaran yang  inovatif, dengan menggunakan alat peraga, Tata  berharap informasi mengenai kesehatan seksual dan reproduksi dapat lebih mudah disampaikan dan dimengerti oleh anak-anak dan remaja.  

Ia pun ingin mematahkan anggapan yang keliru, bahwa mengajarkan seksualitas itu merupakan hal yang tabu, atau sama dengan mengajarkan pornografi dan seks bebas. 

Menurut Tata dengan adanya informasi yang lengkap dan komprehensip, remaja lebih siap dengan perubahan fisik yang dialaminya, serta bisa lebih menjaga diri dari pergaulan tak sehat yang mengancam dirinya.

Bahaya kekerasan seksual selalu menjadi ancaman yang rentan terjadi pada anak-anak dan remaja. Segala bentuk pelecehan dan kekerasan seksual yang kerap diabaikan membuat banyak anak-anak dan remaja, khususnya perempuan, mengalami trauma dan kehilangan masa depannya. Tata bekerja sama dengan berbagai pihak terkait, memberikan bantuan dan pendampingan. Seperti psikolog dan lembaga-lembaga lainnya. 

Dorongan dan pendampingan yang diberikan Tata dan teman-teman membuat para korban kekerasan seksual berani untuk terus melangkah dan memperjuangkan masa depannya.

Tak Melupakan Teman-Teman Disabilitas

Teman-teman disabilitas yang tak dilupakan (Foto : @tenggarantt)

Meski terasa berat, perjuangan Tata dan teman-teman melalui program Bacarita Kespro berhasil menjangkau lebih dari 4000 remaja dari 30 komunitas yang berasal dari berbagai kalangan dan jenjang sekolah. Termasuk kelompok disabilitas. 

Tata menyadari teman-teman disabilitas merupakan kelompok yang sangat rentan mendapatkan kekerasan seksual, bahkan dari lingkungan terdekat. Teman-teman yang tergabung dalam komunitas melakukan pendekatan dengan menggunakan alat peraga dan bahasa isyarat sehingga mudah dimengerti.

Gigih Memperjuangkan Hak Kesehatan Reproduksi  Seksual  (HKSR)


Gigih memperjuangkan HKSR ( Foto : @tenggarantt)


Dikutip dari laman instagram @tenggarantt, seperti yang tertuang dalam pasal 71 UU No. 36 tahun 2009, pengertian HKSR adalah "Kesehatan reproduksi seksual merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh. Tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan."

Tata menyadari kekerasan seksual yang terjadi, khususnya pada anak-anak dan perempuan kerap mendapatkan pengabaian. Para korban kebanyakan memilih diam dan memeluk erat trauma serta luka-lukanya. Hal mana pada akhirnya membuat mereka kehilangan rasa keadilan dan harapan akan masa depan yang lebih baik.

Dengan bekerjasama dengan berbagai pihak terkait, Tata berusaha memberikan pendampingan dan membantu memulihkan kesehatan mental dan hak seksual para korban, agar mereka kembali memiliki rasa percaya diri dan mampu menghargai diri mereka sendiri.

Mengubah Tradisi Sifon

Upaya yang dilakukan Tata dengan gigih ini berhasil mengubah sudut pandang remaja di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Pulau Timor. Di pulau ini ada satu tradisi sunat di Suku Atoni Meto yang berlangsung secara turun temurun, yaitu tradisi Sifon.

Tradisi Sifon ini menggunakan bambu tajam sebagai alat sunat atau pisau dapur yang telah diasah yang dilakukan oleh ahelet (juru sunat) yang mendapatkan ilmu secara turun-temurun. Tradisi ini dilakukan dengan berbagai ritual.

Salah satu bagian ritual yaitu mengharuskan laki-laki yang telah disunat untuk melakukan hubungan seksual dalam kondisi alat kelamin yang masih berada dalam masa pemulihan, yaitu 5-7 hari pasca sunat. (Ngilu dan merinding, Gaes nulis ini. Beneran… Tapi ini fakta yang harus ditulis)

Terlepas dari bisa atau tidaknya melakukan hubungan seksual, kondisi ini jelas berbahaya. Selain rentan dengan penularan penyakit seksual, juga berpotensi menularkan virus HIV, karena dilakukan dengan perempuan pekerja seks komersial. Selain itu ritual ini berpotensi mengguncang mental remaja yang disunat, baik secara psikologis, sosial dan spiritual. (Jujur, jiwa penulis sih yang nyata-nyata terguncang. Hehehe….)

Lewat Bacarita Kespro, remaja-remaja di Pulau Timor tersadarkan dan berinisiatif untuk beralih dari tradisi Sifon ke sunat medis yang lebih aman. Ini merupakan keberhasilan besar, karena mengubah tradisi yang sudah berlangsung beberapa generasi jelas bukan perkara mudah. Keberhasilan Tata bersama Tenggara Youth Community sangat layak untuk diapresiasi.

Meraih Penghargaan SATU Indonesia Awards 2020

Meraih apresiasi SATU Indonesia Awards 2020 
(Foto : @tenggarantt)

Maka tidaklah mengherankan jika penghargaan SATU Indonesia Awards tahun 2020  diberikan PT Astra International, Tbk kepada Mariana Yunita Hendriyani Opat untuk kategori kesehatan. Apresiasi ini diberikan khusus untuk generasi muda yang gigih memperbaiki kondisi masyarakat di sekitar untuk menjadi lebih baik.

Perjuangan Tata dan teman-teman di Tenggara Youth Community dalam mengedukasi hak kesehatan reproduksi dan seksual, serta upaya pendampingan terhadap korban-korban kekerasan seksual berhasil memberikan kontribusi positif dalam masyarakatnya.

Tata berharap apresiasi yang diberikan ini bisa memudahkan dan memperluas jejaring sosial dan komunikasi pada pihak-pihak terkait, sehingga mampu memberikan dampak yang lebih luas dan signifikan kepada masyarakat.


Referensi:

Instagram Tenggara Youth Community : @tenggarantt

https://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/2786-peran-perawat-keluarga-dalam-melawan-tradisi-sifon-suku-timor-di-nusa-tenggara-timur

2 komentar:

  1. Ya Allah bacanya merinding , diera globalisasi masih ada & masih banyak daerah daerah seperti ini , terimakasih mba Tata dan kawan kawan komunitas peduli sosial , berkat kalian kita bisa menghela nafas , berkat kalian , generasi selanjutnya terselesaikan, semoga ada Tata Tata lain di tempat tempat seperti ini dipelosok pelosok negri , insyaallah kalian selalu dilindungi Allah dimanapun berada. Semangat kawan , sehat terus ya.
    Terimakasih bu Liza , sudah berbagi informasi, semangat menulis kembali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... Terima kasih tuk suport nya Bu Rina. Sehat-sehat selalu.

      Hapus

Terima kasih sudah memberi komentar terbaik. Ditunggu kunjungan berikutnya.
Salam hangat ... :)

Museum Geologi Bandung, Wisata Edukasi Murah Meriah

Museum Geologi Bandung, wisata edukasi murah meriah (dok.pri) Liburan  paling asyik jika diisi dengan acara jalan-jalan bareng keluarga. Ngg...