Langsung ke konten utama

Faradila Bachmid, Pejuang Literasi Bagi Anak-Anak yang Kurang Mampu

Faradila Bachmid, Pejuang literasi bagi anak-anak yang kurang mampu
(Foto : Instagram Faradila)


Baru-baru ini Faradila Bachmid, founder Perkumpulan Literasi Sulawesi Utara, menggelar kegiatan yang bertajuk Semesta Literasi Sulawesi Utara Tahun 2024, yang diadakan di Kampung Merdeka, Menado, pada tanggal 11-12 Oktober 2024.

Ide awal kegiatan ini lahir dari keprihatinan Faradila Bachmid terhadap minimnya wadah bagi generasi muda yang ingin mengembangkan bakat literasi. 

Sebagai pejuang literasi dan duta baca, ia pun mengadakan acara ini sebagai fasilitas untuk berbagai kegiatan literasi seperti membaca buku dengan metode read alod, menulis cerita anak menggunakan tema lokalitas, menulis jurnalistik, menulis Sejarah kampung melalui booklet esai foto, Lokakarya Literasi.

Kegiatan ini pun dihidupkan dengan rangkaian kegiatan yang bermuatan seni. Seperti Literasi Musik, Musikalisasi Puisi, tarian kontemporer dari PAUD Samratulangi, tarian dari Sanggar Tari Literasi Sulut, juga Stand Up Comedy. 

Faradila berharap dari kegiatan ini menghasilkan sebuah karya tulis berupa buku. Mengapa buku? Menurutnya, meskipun orang mudah dilupakan, namun karya tulis akan tetap abadi. 

Program Membaca, Menulis dan Berhitung Bagi Anak-Anak Kurang Mampu


Mengajar membaca di kampung nelayan
(Foto : Dok. Kumparan)

Sejak belia Faradila sudah mencintai dunia literasi. Rasa cinta ini pula yang menumbuhkan keprihatinannya terhadap minimnya kemampuan membaca, khususnya di kalangan anak-anak yang kurang beruntung dan hidup dalam lingkaran kemiskinan. Rasa prihatin ini yang kemudian menumbuhkan gagasan dan keinginannya untuk mengubah kondisi tersebut.

Tahun 2010, saat masih duduk di bangku SMA kelas 3, Faradila memulai langkahnya di dunia literasi. Ia mengisi masa remajanya dengan kegiatan sosial untuk membantu anak-anak yang tersisihkan agar setara, minimal memiliki kesempatan belajar membaca, menulis dan berhitung. 

Berbeda dengan remaja kebanyakan yang sibuk dengan macam keseruan dan kemeriahan masa remaja, Faradila memilih jalan sunyi dengan membuat dan menjalankan program pendidikan gratis serta melakukan pendampingan untuk anak-anak kurang mampu yang ada di sekitar pasar dan terminal.

Semangatnya tumbuh subur dengan semakin tertambahnya jumlah anak-anak yang mengikuti program gratis belajar ini. Ia bahagia melihat anak-anak yang semula tersisihkan dari dunia, perlahan mulai menyukai dunia literasi dan berani bermimpi. 

Selama tiga tahun Faradila mengajar dengan lokasi belajar yang terus berpindah. Dari pasar yang satu ke pasar yang lain. Dari terminal ke terminal. Hingga akhirnya menetap di Kelurahan Dendengan Dalam, tepatnya di Kampung Merdeka. 

Support System Terbaik itu adalah Keluarga 

Konsisten mengajar membaca dan menulis bagi anak-anak yang kurang mampu
(Foto : Dok. Kumparan)


Dengan dukungan penuh kedua orangtuanya, yang rela menjadikan kediaman mereka sebagai ruang publik dan tempat belajar, program pendidikan gratis ini pun semakin bervariasi.  Mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Kesetaraan, Pendidikan Vokasional (life skill dan soft skill), Taman Bacaan Masyakarat, semua program kegiatan tersebut dilakukan dengan pendekatan literasi.

Dalam sebuah wawancara, Faradila menyebutkan bahwa semua kegiatan dan gerakan literasi yang dilakukannya terjadi karena ia memiliki support system terbaik, yaitu kedua orang tuanya. Tidak hanya dukungan secara moril dan memberikan keluasan waktu, orang tuanya juga memberikan fasilitas dan menjadi donatur bagi semua kegiatan yang dilakukannya. 

Selain kedua orangtuanya, Faradila juga mengakui keluarga, seperti kakak, adik, suami dan keponakan menjadi support system terbesarnya. Orang-orang yang mempengaruhi setiap konsentrasi dan pilihan hidupnya. 

Dengan support system dari orang terdekat, perjuangan Faradila memberantas buta huruf bagi anak-anak yang kurang mampu terus berlanjut, belasan tahun sudah terlewati. Masih banyak ide-ide yang dimilikinya meningkatkan minat baca dan literasi di lingkungan anak-anak yang kurang mampu. 

Besarnya dukungan yang diberikan keluarga ini juga membuat perjuangannya di dunia literasi berjalan nyaris tidak ada kendala yang berarti. Karena menurutnya, kendala yang paling besar justru muncul dari dalam diri sendiri. 

Konsistensi Berbuah Prestasi

Meraih penghargaan SATU Indonesia Awards 2017
(Foto: Instagram Faradila)



Konsistensi Faradila selama belasan tahun ini menumbuhkan semangat dan menjadi inspirasi bagi kalangan muda lainnya dan membuat mereka tertarik untuk bergabung, bersama-sama berjuang dalam koridor literasi. 

Hal ini pula yang mengantarkan Faradila Bachmid meraih penghargaan di bidang pendidikan dari SATU Indonesia Awards dari PT Astra Internasional. Penghargaan ini diberikan khusus bagi anak-anak muda yang menginspirasi dan memberi manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat. 

Wanita berhijab ini memiliki prinsip hidup yang mendalam, yang menjadi ruh dari semua aktivitas yang dilakukannya. 

 Yaitu, bahwa hidup bukan hanya soal eksistensi dan mempertahankan hidup. Namun bernilai lebih dari itu. Hidup adalah sebuah harapan, dimana kita dapat menghantarkan harapan untuk mimpi orang lain. 

Ia pun selalu menanamkan, baik secara pribadi maupun bersama gerakan literasi, bahwa tujuan utama kegiatan adalah sama-sama belajar dan memberikan peluang-peluang sukses bagi mereka yang kurang beruntung dan tersisih. 

Ia pun akan terus berjuang di bidang pendidikan dan sosial untuk memberikan yang terbaik, memberikan rasa aman dan bahagia, bagi lingkungan terdekat sampai masyarakat luas di Sulut.
Selamat berjuang Faradila!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akademia LEAD by IndiHome, Solusi Untuk Anak Yang Hobi Game Online

Pentingnya pengasuhan anak agar cerdas bergame online (Foto : Pixabay) Dear Mom, pusing nggak sih melihat anak-anak nge-game online melulu? Sepertinya ini problem yang dimiliki hampir semua orang tua yang memiliki anak usia sekolah. Persoalan ini makin rumit karena pada akhir-akhir ini sistem pembelajaran jarak jauh kembali diberlakukan di beberapa wilayah. Berdalih untuk memudahkan proses belajar, anak-anak memiliki keleluasaan untuk berlama-lama menggunakan gawai. Terlebih jika tersedia jaringan internet cepat di rumah, oh, tentu membuat anak-anak senang menghabiskan waktu untuk bergame ria. Dengan catatan, hal itu terjadi jika orang tua tidak peduli dengan kegiatan anaknya selama di rumah. Beberapa waktu yang lalu, saya sempat berbincang dengan seorang teman, seorang ibu yang berprofesi sebagai   praktisi pendidikan, Lita Edia. Beliau mengatakan, bahwa kita tidak bisa menahan kemajuan teknologi yang mengubah kehidupan kita. Kita tidak bisa membalikkan zaman, tetapi kita bisa m

Cerahkan Desember Dengan Satu Klik, Bikin Semua Lebih Asyik

  Aplikasi terbaru myIndiHome, memudahkan pengguna internet (Foto : Fixabay) Desember tahun ini diawali dengan banyak peristiwa heboh yang menguras emosi dan menimbulkan kesedihan mendalam. Dari kasus bunuh diri seorang mahasiswi di samping kuburan ayahnya yang melibatkan seorang oknum polisi. Kasus yang akhirnya terungkap akibat kegaduhan netizen di media sosial. Sayangnya, keadilan tidak bisa menyelamatkan korban yang telanjur putus asa dan memilih mengakhiri hidupnya. Kesedihan di dunia maya belum sepenuhnya hilang, disusul peristiwa meletusnya gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Semeru. Terlalu mengejutkan rasanya. Tidak ada yang bisa mencegah peristiwa alam sehebat gunung meletus, hanya saja kita masih bisa berdoa, semoga erupsi gunung ini tidak terlalu banyak memakan korban jiwa, dan masyarakat bisa segera pulih dan beraktivitas seperti biasa. Tentunya ini memerlukan bantuan dan dukungan semua pihak. Selain peristiwa di atas, ada satu peristiwa yang cukup mempengaruhi

Faiz, Anak Down Syndrome yang Berbakat Jadi Model Cilik.

  Menjadi model dalam balutan beskap produk khas Lelaki Kecil Saya tidak pernah menyangka, Faiz, putra ke-3 Mbak Sri Rahayu akan tumbuh sehat, ceria, penuh percaya diri dan menggemaskan, seperti yang tampak dalam foto-foto yang kerap diunggah ibunya ke media sosial. Saya bahkan hampir tak percaya, ia bisa bertahan sampai sebesar ini, dan baik-baik saja. Mengingat awal kelahirannya yang penuh drama dan air mata. Riwayat kelahiran dengan jantungnya yang bocor saja sudah cukup memukul perasaan, ditambah dengan kenyataan pahit, Faiz didiagnosa Down Syndrome. Entah berapa banyak teman-teman kecil seperjuangannya yang telah berpulang. Namun, Faiz tetap bertahan. Untuk lebih lengkapnya, yuk, mengenal Faiz, model cilik lewat penuturan Sri Rahayu, Sang Bunda. Wanita berhijab ini adalah seorang penulis, blogger dan vlogger yang cukup lama berkecimpung di dunia maya.   Sosok Faiz yang rapuh di awal kelahiran (doc Bunda Faiz) Awal Kelahiran Yang Penuh Ujian Hari itu, 11 Januari 2018, hari yang tak