![]() |
Faradila Bachmid, Pejuang literasi bagi anak-anak yang kurang mampu (Foto : Instagram Faradila) |
Ide awal kegiatan ini lahir dari keprihatinan Faradila Bachmid terhadap minimnya wadah bagi generasi muda yang ingin mengembangkan bakat literasi.
Sebagai pejuang literasi dan duta baca, ia pun mengadakan acara ini sebagai fasilitas untuk berbagai kegiatan literasi seperti membaca buku dengan metode read alod, menulis cerita anak menggunakan tema lokalitas, menulis jurnalistik, menulis Sejarah kampung melalui booklet esai foto, Lokakarya Literasi.
Kegiatan ini pun dihidupkan dengan rangkaian kegiatan yang bermuatan seni. Seperti Literasi Musik, Musikalisasi Puisi, tarian kontemporer dari PAUD Samratulangi, tarian dari Sanggar Tari Literasi Sulut, juga Stand Up Comedy.
Faradila berharap dari kegiatan ini menghasilkan sebuah karya tulis berupa buku. Mengapa buku? Menurutnya, meskipun orang mudah dilupakan, namun karya tulis akan tetap abadi.
Program Membaca, Menulis dan Berhitung Bagi Anak-Anak Kurang Mampu
![]() |
Mengajar membaca di kampung nelayan (Foto : Dok. Kumparan) |
Sejak belia Faradila sudah mencintai dunia literasi. Rasa cinta ini pula yang menumbuhkan keprihatinannya terhadap minimnya kemampuan membaca, khususnya di kalangan anak-anak yang kurang beruntung dan hidup dalam lingkaran kemiskinan. Rasa prihatin ini yang kemudian menumbuhkan gagasan dan keinginannya untuk mengubah kondisi tersebut.
Tahun 2010, saat masih duduk di bangku SMA kelas 3, Faradila memulai langkahnya di dunia literasi. Ia mengisi masa remajanya dengan kegiatan sosial untuk membantu anak-anak yang tersisihkan agar setara, minimal memiliki kesempatan belajar membaca, menulis dan berhitung.
Berbeda dengan remaja kebanyakan yang sibuk dengan macam keseruan dan kemeriahan masa remaja, Faradila memilih jalan sunyi dengan membuat dan menjalankan program pendidikan gratis serta melakukan pendampingan untuk anak-anak kurang mampu yang ada di sekitar pasar dan terminal.
Semangatnya tumbuh subur dengan semakin tertambahnya jumlah anak-anak yang mengikuti program gratis belajar ini. Ia bahagia melihat anak-anak yang semula tersisihkan dari dunia, perlahan mulai menyukai dunia literasi dan berani bermimpi.
Selama tiga tahun Faradila mengajar dengan lokasi belajar yang terus berpindah. Dari pasar yang satu ke pasar yang lain. Dari terminal ke terminal. Hingga akhirnya menetap di Kelurahan Dendengan Dalam, tepatnya di Kampung Merdeka.
Support System Terbaik itu adalah Keluarga
![]() |
Konsisten mengajar membaca dan menulis bagi anak-anak yang kurang mampu (Foto : Dok. Kumparan) |
Dengan dukungan penuh kedua orangtuanya, yang rela menjadikan kediaman mereka sebagai ruang publik dan tempat belajar, program pendidikan gratis ini pun semakin bervariasi. Mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Kesetaraan, Pendidikan Vokasional (life skill dan soft skill), Taman Bacaan Masyakarat, semua program kegiatan tersebut dilakukan dengan pendekatan literasi.
Dalam sebuah wawancara, Faradila menyebutkan bahwa semua kegiatan dan gerakan literasi yang dilakukannya terjadi karena ia memiliki support system terbaik, yaitu kedua orang tuanya. Tidak hanya dukungan secara moril dan memberikan keluasan waktu, orang tuanya juga memberikan fasilitas dan menjadi donatur bagi semua kegiatan yang dilakukannya.
Selain kedua orangtuanya, Faradila juga mengakui keluarga, seperti kakak, adik, suami dan keponakan menjadi support system terbesarnya. Orang-orang yang mempengaruhi setiap konsentrasi dan pilihan hidupnya.
Dengan support system dari orang terdekat, perjuangan Faradila memberantas buta huruf bagi anak-anak yang kurang mampu terus berlanjut, belasan tahun sudah terlewati. Masih banyak ide-ide yang dimilikinya meningkatkan minat baca dan literasi di lingkungan anak-anak yang kurang mampu.
Besarnya dukungan yang diberikan keluarga ini juga membuat perjuangannya di dunia literasi berjalan nyaris tidak ada kendala yang berarti. Karena menurutnya, kendala yang paling besar justru muncul dari dalam diri sendiri.
Konsistensi Berbuah Prestasi
![]() |
Meraih penghargaan SATU Indonesia Awards 2017 (Foto: Instagram Faradila) |
Konsistensi Faradila selama belasan tahun ini menumbuhkan semangat dan menjadi inspirasi bagi kalangan muda lainnya dan membuat mereka tertarik untuk bergabung, bersama-sama berjuang dalam koridor literasi.
Hal ini pula yang mengantarkan Faradila Bachmid meraih penghargaan di bidang pendidikan dari SATU Indonesia Awards dari PT Astra Internasional. Penghargaan ini diberikan khusus bagi anak-anak muda yang menginspirasi dan memberi manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat.
Wanita berhijab ini memiliki prinsip hidup yang mendalam, yang menjadi ruh dari semua aktivitas yang dilakukannya.
Yaitu, bahwa hidup bukan hanya soal eksistensi dan mempertahankan hidup. Namun bernilai lebih dari itu. Hidup adalah sebuah harapan, dimana kita dapat menghantarkan harapan untuk mimpi orang lain.
Ia pun selalu menanamkan, baik secara pribadi maupun bersama gerakan literasi, bahwa tujuan utama kegiatan adalah sama-sama belajar dan memberikan peluang-peluang sukses bagi mereka yang kurang beruntung dan tersisih.
Ia pun akan terus berjuang di bidang pendidikan dan sosial untuk memberikan yang terbaik, memberikan rasa aman dan bahagia, bagi lingkungan terdekat sampai masyarakat luas di Sulut.
Selamat berjuang Faradila!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah memberi komentar terbaik. Ditunggu kunjungan berikutnya.
Salam hangat ... :)