Elmi Sumarni Ismau, Pejuang Kesetaraan Hak Disabilitas (Foto : Instagram Elmi Sumarni Ismau) |
Enggan terpuruk terlalu lama, Elmi yang selalu memiliki karakter ceria dan optimis, dengan dukungan orang-orang terdekatnya mulai menjalani takdirnya dengan lapang dada. Penerimaan diri ini membuatnya lebih siap untuk menjalani hari-hari dengan lebih baik. Siap merajut mimpi-mimpi menjadi manusia yang lebih baik dan menginspirasi.
Awal Perjuangan Elmi
Meski menjadi penyandang disabilitas, pada mulanya Elmi masih merasa asing dengan isu disabilitas. Ketertarikannya akan isu seputar disabilitas muncul sejak ia menjalani masa-masa kuliah. Kesenjangan hak yang dialami teman-teman disabilitas, khususnya di NTT membuatnya tertarik untuk mendalami masalah ini.
Elmi menginginkan perubahan yang lebih baik. Ia tak ingin penyandang disabilitas hanya meraih rasa belas kasihan. Namun ia menginginkan kesetaraan hak bagi penyandang disabilitas, baik akses, fasilitas maupun kesempatan untuk berkarya.
Untuk mewujudkan keinginannya, Elmi mulai bergabung dengan Youth Action Forum pada tahun 2019.
Forum ini merupakan program sosial bagi anak muda yang ingin melakukan perubahan positif bagi komunitasnya.
Berada di lingkungan yang kondusif dan memiliki aura positif, membuat Elmi semakin berkembang. Ia pun bermimpi untuk mendirikan sebuah organisasi yang bergerak untuk memperjuangkan kesetaraan hak disabilitas.
Dengan dukungan teman-teman baik, di hari kasih sayang pada tanggal 14 Februari 2020, ia beserta kelima orang teman disabilitas dan satu orang non disabilitas mendirikan Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas untuk Inklusi (GARAMIN).
Bersama GARAMIN Menuju Kesetaraan Hak Disabilitas
Bersama GARAMIN, aktif mengedukasi masyarakat (Foto : Ig Elmi) |
Perjuangan Elmi dan teman-teman GARAMIN tentu tidak mudah. Jauh sebelum mewujudkan kesetaraan hak disabilitas, terlebih dahulu ia harus mengubah mindset masyarakat terhadap penyandang disabilitas. Termasuk mengubah cara pandang penyandang disabilitas terhadap dirinya sendiri.
Menjadi penyandang disabilitas bukan berarti hidup harus di bawah belas kasihan orang lain, kan? Apalagi lantas merasa tidak memiliki kemampuan apa-apa. Penyandang disabilitas juga merupakan pribadi yang utuh, lengkap dengan segala macam kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Cara pandang inilah yang ingin disusupkan Elmi ke benak penyandang disabilitas khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Lulusan Akademi Pekerjaan Sosial ini tahu, jalan yang ia tempuh tidaklah mudah, tetapi ia dan teman-temannya memilih untuk memulainya dari titik ini.
Salah satunya dengan aktif mengadakan kegiatan literasi. Elmi dan GARAMIN membuka pelatihan jurnalisme yang diikuti penyandang disabilitas, agar penyandang disabilitas mampu menulis dan menumbuhkan potensi terbaiknya.
Dari 200 peserta yang mendaftar untuk mengikuti pelatihan jurnalisme, Elmi hanya memilih 35 orang peserta yang lolos seleksi. Kemudian memilih peserta dengan tulisan terbaik untuk mendapatkan apresiasi, berupa penghargaan, sertifikat, serta kesempatan untuk memublikasikan tulisannya di situs resmi GARAMIN.
Bersama GARAMIN, Elmi juga sering mengadakan diskusi-diskusi dan sosialisasi dengan masyarakat sekitar. Ia menampung segala keluhan dan kesulitan yang diutarakan penyandang disabilitas dan orang-orang terdekatnya, lalu memberikan solusi untuk isu terkait.
Menjalin Kerjasama Dengan Pemerintah
Menjalin kerjasama dengan pemerintah (Foto : Ig Elmi) |
Minimnya sarana dan prasarana membuat Elmi dan teman-teman GARAMIN sering mengalami kendala dalam menjalankan program-programnya. Begitu pula dengan akses informasi yang terbatas, khususnya bagi tuna netra dan tuna wicara.
Menyadari kesenjangan dan kesulitan yang terjadi bagi penyandang disabilitas, tak lepas dari minimnya informasi yang diterima pemerintah, Elmi beserta GARAMIN berinisiatif menjalin kerjasama dengan pemerintah.
Ia menjembatani isu seputar disabilitas dan menyampaikan ide-ide kepada pemerintah terkait, sehingga pemerintah mampu mengakomodasi ide tersebut. Kerjasama ini tidak saja membantu dan memudahkan penyandang disabilitas ketika beraktivitas, melainkan juga turut menyukseskan program-program pemerintah.
Seperti ketika pemerintah sedang gencar melalukan vaksinasi Covid, GARAMIN turut aktif memberikan edukasi dan dorongan kepada penyandang disabilitas, agar mau mengikuti program pemerintah. Tidak mudah mengedukasi masyarakat terkait program ini, namun Elmi dan kawan-kawan tetap gigih mendukung program pemerintah demi kebaikan bersama.
Begitu pula saat terjadi badai Seroja yang melanda NTT pada tanggal 4 April 2021 silam, Elmi beserta teman-teman GARAMIN terjun dalam upaya penyelamatan korban, khususnya penyandang disabilitas.
Selain mendata, organisasi ini juga aktif mencari bantuan donasi dan terjun langsung memberi bantuan ke lapangan.
Meraih Penghargaan SATU Indonesia Awards 2021
Perjuangan Elmi Sumarni Ismau dan teman-teman GARAMIN untuk membela hak kaum disabilitas, membawa perubahan yang signifikan dalam masyarakat. Kini, penyandang disabilitas lebih mudah mendapatkan akses di bidang pendidikan, kesehatan, maupun kesempatan dalam berkarya.
Peran aktifnya di masa pandemi Covid, menjadi nilai tambah sehingga membuat Elmi terpilih sebagai Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid-19, dan berhasil meraih penghargaan dari SATU Indonesia Awards 2021.
Mimpi Membangun Desa Inklusi
Perjuangan ini belum usai. Masih banyak kerja yang harus Elmi tuntaskan, termasuk mewujudkan mimpi membangun desa inklusi di Oelomin, Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Yaitu sebuah desa dimana fasilitas umum ramah disabilitas, dan teman-teman disabilitas memiliki kesempatan untuk berpartisifasi dalam perencanaan, penganggaran dana desa dan kegiatan lainnya.
Bukan hal yang mustahil, dengan bantuan seluruh elemen masyarakat, mimpi ini suatu saat bisa diwujudkan.
Semangat ya, Elmi.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah memberi komentar terbaik. Ditunggu kunjungan berikutnya.
Salam hangat ... :)