Langsung ke konten utama

Elmi Sumarni Ismau, Pejuang Kesetaraan Hak Disabilitas Kupang

Elmi Sumarni Ismau, Pejuang Kesetaraan Hak Disabilitas (Foto : Instagram Elmi Sumarni Ismau)

Menjadi penyandang disabilitas tak pernah ada dalam bayangan Elmi. Perempuan hebat kelahiran Kupang 31 tahun silam ini. Namun kecelakaan berat yang dialaminya di tahun 2010 mengharuskannya menjalani amputasi dan kehilangan kedua kakinya. Kenyataan pahit yang mampu meluluhlantakkan semua mimpi, termasuk mimpi Elmi Sumarni Ismau. 

Enggan terpuruk terlalu lama, Elmi yang selalu memiliki karakter ceria dan optimis, dengan dukungan orang-orang terdekatnya mulai menjalani takdirnya dengan lapang dada. Penerimaan diri ini membuatnya lebih siap untuk menjalani hari-hari dengan lebih baik. Siap merajut mimpi-mimpi menjadi manusia yang lebih baik dan menginspirasi. 

Awal Perjuangan Elmi


Meski menjadi penyandang disabilitas, pada mulanya Elmi masih merasa asing dengan isu disabilitas. Ketertarikannya akan isu seputar disabilitas muncul sejak ia menjalani masa-masa kuliah. Kesenjangan hak yang dialami teman-teman disabilitas, khususnya di NTT membuatnya tertarik untuk mendalami masalah ini. 

Elmi menginginkan perubahan yang lebih baik. Ia tak ingin penyandang disabilitas hanya meraih rasa belas kasihan. Namun ia menginginkan kesetaraan hak bagi penyandang disabilitas, baik akses, fasilitas maupun kesempatan untuk berkarya. Untuk mewujudkan keinginannya, Elmi mulai bergabung dengan Youth Action Forum pada tahun 2019. 

Forum ini merupakan program sosial bagi anak muda yang ingin melakukan perubahan positif bagi komunitasnya. Berada di lingkungan yang kondusif dan memiliki aura positif, membuat Elmi semakin berkembang. Ia pun bermimpi untuk mendirikan sebuah organisasi yang bergerak untuk memperjuangkan kesetaraan hak disabilitas.

Dengan dukungan teman-teman baik, di hari kasih sayang pada tanggal 14 Februari 2020, ia beserta kelima orang teman disabilitas dan satu orang non disabilitas mendirikan Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas untuk Inklusi (GARAMIN). 

 Bersama GARAMIN Menuju Kesetaraan Hak Disabilitas 

Bersama GARAMIN, aktif mengedukasi masyarakat (Foto : Ig Elmi)

Perjuangan Elmi dan teman-teman GARAMIN tentu tidak mudah. Jauh sebelum mewujudkan kesetaraan hak disabilitas, terlebih dahulu ia harus mengubah mindset masyarakat terhadap penyandang disabilitas. Termasuk mengubah cara pandang penyandang disabilitas terhadap dirinya sendiri.

Menjadi penyandang disabilitas bukan berarti hidup harus di bawah belas kasihan orang lain, kan? Apalagi lantas merasa tidak memiliki kemampuan apa-apa. Penyandang disabilitas juga merupakan pribadi yang utuh, lengkap dengan segala macam kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Cara pandang inilah yang ingin disusupkan Elmi ke benak penyandang disabilitas khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Lulusan Akademi Pekerjaan Sosial ini tahu, jalan yang ia tempuh tidaklah mudah, tetapi ia dan teman-temannya memilih untuk memulainya dari titik ini.

Salah satunya dengan aktif mengadakan kegiatan literasi. Elmi dan GARAMIN membuka pelatihan jurnalisme yang diikuti penyandang disabilitas, agar penyandang disabilitas mampu menulis dan menumbuhkan potensi terbaiknya. 

Dari 200 peserta yang mendaftar untuk mengikuti pelatihan jurnalisme, Elmi hanya memilih 35 orang peserta yang lolos seleksi. Kemudian memilih peserta dengan tulisan terbaik untuk mendapatkan apresiasi, berupa penghargaan, sertifikat, serta kesempatan untuk memublikasikan tulisannya di situs resmi GARAMIN. 

Bersama GARAMIN, Elmi juga sering mengadakan diskusi-diskusi dan sosialisasi dengan masyarakat sekitar. Ia menampung segala keluhan dan kesulitan yang diutarakan penyandang disabilitas dan orang-orang terdekatnya, lalu memberikan solusi untuk isu terkait. 

Menjalin Kerjasama Dengan Pemerintah

Menjalin kerjasama dengan pemerintah (Foto : Ig Elmi)

Minimnya sarana dan prasarana membuat Elmi dan teman-teman GARAMIN sering mengalami kendala dalam menjalankan program-programnya. Begitu pula dengan akses informasi yang terbatas, khususnya bagi tuna netra dan tuna wicara. 

Menyadari kesenjangan dan kesulitan yang terjadi bagi penyandang disabilitas, tak lepas dari minimnya informasi yang diterima pemerintah, Elmi beserta GARAMIN berinisiatif menjalin kerjasama dengan pemerintah. 

Ia menjembatani isu seputar disabilitas dan menyampaikan ide-ide kepada pemerintah terkait, sehingga pemerintah mampu mengakomodasi ide tersebut. Kerjasama ini tidak saja membantu dan memudahkan penyandang disabilitas ketika beraktivitas, melainkan juga turut menyukseskan program-program pemerintah. 

Seperti ketika pemerintah sedang gencar melalukan vaksinasi Covid, GARAMIN turut aktif memberikan edukasi dan dorongan kepada penyandang disabilitas, agar mau mengikuti program pemerintah. Tidak mudah mengedukasi masyarakat terkait program ini, namun Elmi dan kawan-kawan tetap gigih mendukung program pemerintah demi kebaikan bersama. 

Begitu pula saat terjadi badai Seroja yang melanda NTT pada tanggal 4 April 2021 silam, Elmi beserta teman-teman GARAMIN terjun dalam upaya penyelamatan korban, khususnya penyandang disabilitas. 
Selain mendata, organisasi ini juga aktif mencari bantuan donasi dan terjun langsung memberi bantuan ke lapangan. 

Meraih Penghargaan SATU Indonesia Awards 2021 

Perjuangan Elmi Sumarni Ismau dan teman-teman GARAMIN untuk membela hak kaum disabilitas, membawa perubahan yang signifikan dalam masyarakat. Kini, penyandang disabilitas lebih mudah mendapatkan akses di bidang pendidikan, kesehatan, maupun kesempatan dalam berkarya. 

Peran aktifnya di masa pandemi Covid, menjadi nilai tambah sehingga membuat Elmi terpilih sebagai Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid-19, dan berhasil meraih penghargaan dari SATU Indonesia Awards 2021. 

Mimpi Membangun Desa Inklusi 

Mewujudkan mimpi membangun desa inklusi (Foto : Ig Elmi) 

Perjuangan ini belum usai. Masih banyak kerja yang harus Elmi tuntaskan, termasuk mewujudkan mimpi membangun desa inklusi di Oelomin, Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Yaitu sebuah desa dimana fasilitas umum ramah disabilitas, dan teman-teman disabilitas memiliki kesempatan untuk berpartisifasi dalam perencanaan, penganggaran dana desa dan kegiatan lainnya. Bukan hal yang mustahil, dengan bantuan seluruh elemen masyarakat, mimpi ini suatu saat bisa diwujudkan. 

Semangat ya, Elmi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akademia LEAD by IndiHome, Solusi Untuk Anak Yang Hobi Game Online

Pentingnya pengasuhan anak agar cerdas bergame online (Foto : Pixabay) Dear Mom, pusing nggak sih melihat anak-anak nge-game online melulu? Sepertinya ini problem yang dimiliki hampir semua orang tua yang memiliki anak usia sekolah. Persoalan ini makin rumit karena pada akhir-akhir ini sistem pembelajaran jarak jauh kembali diberlakukan di beberapa wilayah. Berdalih untuk memudahkan proses belajar, anak-anak memiliki keleluasaan untuk berlama-lama menggunakan gawai. Terlebih jika tersedia jaringan internet cepat di rumah, oh, tentu membuat anak-anak senang menghabiskan waktu untuk bergame ria. Dengan catatan, hal itu terjadi jika orang tua tidak peduli dengan kegiatan anaknya selama di rumah. Beberapa waktu yang lalu, saya sempat berbincang dengan seorang teman, seorang ibu yang berprofesi sebagai   praktisi pendidikan, Lita Edia. Beliau mengatakan, bahwa kita tidak bisa menahan kemajuan teknologi yang mengubah kehidupan kita. Kita tidak bisa membalikkan zaman, tetapi kita bisa m

Cerahkan Desember Dengan Satu Klik, Bikin Semua Lebih Asyik

  Aplikasi terbaru myIndiHome, memudahkan pengguna internet (Foto : Fixabay) Desember tahun ini diawali dengan banyak peristiwa heboh yang menguras emosi dan menimbulkan kesedihan mendalam. Dari kasus bunuh diri seorang mahasiswi di samping kuburan ayahnya yang melibatkan seorang oknum polisi. Kasus yang akhirnya terungkap akibat kegaduhan netizen di media sosial. Sayangnya, keadilan tidak bisa menyelamatkan korban yang telanjur putus asa dan memilih mengakhiri hidupnya. Kesedihan di dunia maya belum sepenuhnya hilang, disusul peristiwa meletusnya gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Semeru. Terlalu mengejutkan rasanya. Tidak ada yang bisa mencegah peristiwa alam sehebat gunung meletus, hanya saja kita masih bisa berdoa, semoga erupsi gunung ini tidak terlalu banyak memakan korban jiwa, dan masyarakat bisa segera pulih dan beraktivitas seperti biasa. Tentunya ini memerlukan bantuan dan dukungan semua pihak. Selain peristiwa di atas, ada satu peristiwa yang cukup mempengaruhi

Faiz, Anak Down Syndrome yang Berbakat Jadi Model Cilik.

  Menjadi model dalam balutan beskap produk khas Lelaki Kecil Saya tidak pernah menyangka, Faiz, putra ke-3 Mbak Sri Rahayu akan tumbuh sehat, ceria, penuh percaya diri dan menggemaskan, seperti yang tampak dalam foto-foto yang kerap diunggah ibunya ke media sosial. Saya bahkan hampir tak percaya, ia bisa bertahan sampai sebesar ini, dan baik-baik saja. Mengingat awal kelahirannya yang penuh drama dan air mata. Riwayat kelahiran dengan jantungnya yang bocor saja sudah cukup memukul perasaan, ditambah dengan kenyataan pahit, Faiz didiagnosa Down Syndrome. Entah berapa banyak teman-teman kecil seperjuangannya yang telah berpulang. Namun, Faiz tetap bertahan. Untuk lebih lengkapnya, yuk, mengenal Faiz, model cilik lewat penuturan Sri Rahayu, Sang Bunda. Wanita berhijab ini adalah seorang penulis, blogger dan vlogger yang cukup lama berkecimpung di dunia maya.   Sosok Faiz yang rapuh di awal kelahiran (doc Bunda Faiz) Awal Kelahiran Yang Penuh Ujian Hari itu, 11 Januari 2018, hari yang tak