Antologi Kisah Inspiratif Para Pencinta Al-Qur'an (Foto : Asdina) |
Buku antologi kisah inspiratif para pecinta Al Qur'an, Bahagia Tanpa Tapi, ini saya terima dari seorang teman dekat, Mba Dina. Tak ada tendesi apa pun saat mulai membuka bukunya.
Rasa tertarik lebih kepada rasa ingin tahu, apa yang ditulis Mba Dina, salah seorang kontributor yang cukup lama saya kenal dalam dunia kepenulisan.
Seperti yang sudah-sudah, tulisan Mba Dina amat baik dan mengalir. Diawali dengan konflik, Mba Dina menceritakan tentang komunikasinya dengan Bima, anaknya, yang mulai membaik setelah berinteraksi secara intensif dengan Al Qur'an.
Begitu juga dengan seluruh kontributor, semua menceritakan bagaimana Al Qur'an telah menjadi obat sekaligus jalan untuk menemukan kebahagiaan dengan pasangan, anak, keluarga besar serta hubungan dengan orang lain.
Interaksi yang konsisten, terstruktur dan sistematis membuat Al Qur'an menjadi cahaya yang menyingkap tabir gelap segala permasalahan yang tengah dihadapi, dengan bimbingan Pak Ustadz tentunya --yang tak disebutkan namanya di dalam buku ini, saya menduga, ini tentu atas permintaan beliau.
Berulang-ulang dalam buku ini dituliskan, jika menghadapi masalah -apapun- dalam kehidupan, berpikirlah secukupnya dan perbanyak berdzikir. Karena seluruh solusi dari permasalahan yang kita hadapi adalah dengan cara berdzikir.
Salah satu cara berdzikir adalah dengan membaca Al Qur'an. Tilawah Al-Quran.
Jika tilawah yang kita lakukan tak kunjung memecahkan masalah, tambah dan tambah lagi dosisnya.
Tilawah Al Qur'an ini, tentu diiringi dengan adab dan niat yang benar sebelum membaca Al Qur'an. Fokuskan untuk mencari ridho Allah semata serta selalu berbaik sangka kepada Rabb, Allah Robbul'alamiin.
Antologi Kisah Para Pencinta Qur'an Yang Lengkap
Semua menceritakan kisahnya masing-masing, dan membuktikan keajaiban Al Qur'an bekerja dalam kehidupan mereka. Masya Allah...
Kelebihan buku Bahagia Tanpa Tapi ini, menurut saya, ada pada kejujuran para kontributor dalam menulis.
Mereka masing-masing jujur saat menulis kisah di buku ini. Jujur menceritakan diri sendiri maupun gaya dalam menulis. Hal ini tampak dari tulisan yang berbeda-beda teknis penulisannya.
Ini menjadi poin plus, dan membuat buku menjadi lengkap dengan keunikan kontributornya.
Ada tulisan-tulisan yang menyentuh hati -- membuat saya menangis saat membacanya, salah satunya tulisan Mba Adrya yang menulis secara detail kisah kehilangan putra pertama yang amat dicintainya, dan perjuangannya meraih bahagia bersama suami dalam naungan Al Qur'an.
Ada juga tulisan yang memotivasi para pemula, termasuk mereka yang ingin menghapal, namun belum baik bacaannya. Atau, yang ingin menghapal, namun ragu dengan kemampuan diri.
Kisah-kisah itu semakin lengkap dengan panduan cara menghapal dan berinteraksi dengan Al Qur'an, yang ditulis dengan lugas dan praktis.
Satu hal yang pasti, usai membaca buku antologi ini, dalam diri saya pribadi, tumbuh keinginan untuk lebih mengenal dan menghapal Al-Qur'an. Jangan menjadikan usia sebagai halangan, karena, toh nyatanya, para kontributor memulai saat berusia rata-rata setengah abad. Usia bukan halangan, justru menjadi booster untuk lebih giat dan maksimal mempelajari Al Qur'an dan menghapal ya.
Menjadikan Al-Qur'an sebagai obat. Penyembuh bagi seluruh persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu hal yang perlu digarisbawahi dari buku ini adalah luangkan waktu untuk membaca Al Qur'an, bukan menunggu waktu luang.
Bukankah kematian pun tak menunggu waktu luang untuk datang menjemput kita?
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Sahabat Moma. Salam....
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah memberi komentar terbaik. Ditunggu kunjungan berikutnya.
Salam hangat ... :)