Sabtu, 13 Maret 2021

Kisah Inspiratif Wendra Basarah : Dari Ojek Payung Menjadi Manajer Artis Papan Atas

 



Gigil ini semakin rapat membungkusku. Aku tak ingin mengutuk hujan. Bagiku hujan merupakan perpanjangan tangan Tuhan untuk menyentuhku. Tak mungkin aku membenci hujan. Sebab melalui rintiknya yang tak henti aku bisa menyematkan harapanku akan masa depan.

Masa depan? Ah, alangkah naifnya. Adakah masa depan bagi seorang tukang ojek payung seperti diriku? 

“Dek, payung..!”

Lamunanku pecah. Kulihat seorang ibu kepayahan membawa barang. Aku bergegas menghampirinya. Untuk sesaaat aku melupakan rasa lapar yang menggigit perutku. 

*
Masa depan itu ada. Bagi siapa pun yang ikhlas berjuang untuk orang-orang yang mereka sayangi. Juga bagiku. Ojek payung hanyalah satu episode dalam sejarah hidupku.

Aku tak menganggapnya sebagai bagian paling pahit dalam perjalanan hidupku. Tidak. Kenyataannya menjadi ojek payung adalah sebuah langkah nyata bagiku sebagai proses menuju kehidupan yang lebih rumit di masa depan.

Menjadi ojek payung di usia belia mengajariku bagaimana cara bertahan hidup sekaligus menghidupi keluarga. Bagaimana mengakrabi dinginnya hujan sekaligus menyalakan bara harapan dalam dada. Aku harus berjuang untuk kehidupan yang lebih baik. Untuk diriku dan adik-adikku. 

Bersama hujan yang luruh dari langit, aku tahu, Tuhan menghangatkan hatiku dengan mimpi-mimpi yang harus selalu kuraih. Harapan-harapan yang tumbuh subur bersama prestasi-prestasi  yang kuraih di bangku sekolah.

Hujan juga mengajariku satu hal. Sederas apapun ia menghantamku, aku akan bertahan dan terus melangkah. Seperti juga terpaan masalah yang terus menerpaku. Aku memilih untuk menghadapinya dan menyelesaikan satu demi satu masalahku.

Sejak menjalani PKL di Aerowisata Catring Servise Soekarno Hatta, aku sudah mendapatkan gaji yang lumayan besar untuk ukuran masa itu. Kemudian setamat SMK aku pernah menjadi Cook Helper Hotel Hilton. Kemudian pindah ke sebuah kafe di Bogor.

Pengalaman ini kemudian membuatku memberanikan diri untuk membuka bisnis sendiri. Aku mendirikan kafe Waroeng Gedung Sawah yang berlokasi di belakang Hotel Salak Bogor.

Namun sayang, krisis moneter membuatku tak bertahan. Aku harus memulai lagi dari titik nol. Tidak mungkin aku tidak memiliki penghasilan. Kedua orangtua dan adik-adikku bergantung sepenuhnya padaku. Dan pilihan itu membuatku kembali ke Jakarta. Mencari pekerjaan yang sesuai dengan keahlianku di bidang kuliner. 
 Langkahku kemudian membawaku Prego Restaurant and Bar. Di tempat ini aku menggeluti beberapa pekerjaan sekaligus. Siang dan malam. Aku melupakan cerahnya matahari pagi dan kicau burung. Aku hanya tahu, aku harus mencari uang untuk menghidupi adik-adikku di kampung. Aku kehilangan orientasiku atas waktu. Saat bekerja di tempat inilah aku menjalin relasi dengan banyak pihak. Prego merupakan jempatan emasku menuju karir yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.

Bekerja siang dan malam tak urung membuatku merasa lelah. Rasa lelah yang menuntunku untuk mengevaluasi pekerjaan-pekerjaanku. Keputusanku untuk resign dari sebuah EO ternyata diikuti oleh seorang model yang memintaku untuk menjadi manajer.

Aldo, Revaldo Fifaldy Suria Permana menjadi anak asuh pertamaku. Kesuksesannya di layar kaca membuat banyak artis, baik senior maupun pemula memintaku untuk menjadi manajer mereka. 

Kepahitan hidup di masa lalu membuatku mudah mengerti dan memahami serta menghadapi berbagai karakter anak didikku. 

Sebagai manajer aku tak segan-segan bertindak jadi sahabat yang selalu mendengarkan keluhan dan harapan mereka. Sebagai seorang bapak, aku selalu siap melindungi dan membela mereka. 

Bahkan, terkadang aku bisa lebih kejam dari ibu tiri, ketika harus memaksa mereka melakukan apa yang harus mereka lakukan demi perkembangan karir mereka.

Ojek payung, kini hanyalah kenangan yang kusesap kesenduannya lewat dingin hujan. Bukan untuk kusesali, melainkan untuk bersyukur atas rahmat yang dicurahkan Allah Swt. Dan di sinilah aku, di antara  gemerlap dunia selebritas.




 Kisah ini terinspirasi dari perjalanan hidup Wendra Basarah. Yang menjalani hidup dari seorang ojek payung dan berjuang untuk hidup yang lebih baik.

6 komentar:

  1. Maa syaa Allooh. Kisah yg ditulis selalu menginspirasi. Bahwa qodarulloh adalah yg terbaik. Alloh SWT tdk membebani ujian kpd suatu kaum melainkan dia pasti mampu menghadapinya . Semoga banyak anak2 muda sekarang yg selalu bersemangat dlm menghadapi hidup ini tanpa mengeluh dan menyerah dlm menghadapi ujian. Barokallohu 'alaikuma

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Ya Rabb.... Terima kasih sudah mampir semoga ada yang bisa diambil hikmahnya.

      Hapus
  2. Mba Liza, kenalin aku sama Wendra donk. Siapa tau aku bisa dimanajerin atau masuk management'a 😁 #SokNgartis

    BalasHapus
    Balasan
    1. Serius Kak? Nanti aku kasih no kontaknya

      Hapus
  3. Ya Allah kisahnya bikin terharu😳😥💪

    BalasHapus

Terima kasih sudah memberi komentar terbaik. Ditunggu kunjungan berikutnya.
Salam hangat ... :)

Museum Geologi Bandung, Wisata Edukasi Murah Meriah

Museum Geologi Bandung, wisata edukasi murah meriah (dok.pri) Liburan  paling asyik jika diisi dengan acara jalan-jalan bareng keluarga. Ngg...