Gigil ini semakin
rapat membungkusku. Aku tak ingin mengutuk hujan. Bagiku hujan merupakan
perpanjangan tangan Tuhan untuk menyentuhku. Tak mungkin aku membenci hujan.
Sebab melalui rintiknya yang tak henti aku bisa menyematkan harapanku akan masa
depan.
“Dek, payung..!”
Lamunanku pecah. Kulihat seorang ibu kepayahan membawa barang. Aku bergegas
menghampirinya. Untuk sesaaat aku melupakan rasa lapar yang menggigit perutku.
*
Masa depan itu ada.
Bagi siapa pun yang ikhlas berjuang untuk orang-orang yang mereka sayangi. Juga
bagiku. Ojek payung hanyalah satu episode dalam sejarah hidupku.
Aku tak
menganggapnya sebagai bagian paling pahit dalam perjalanan hidupku. Tidak.
Kenyataannya menjadi ojek payung adalah sebuah langkah nyata bagiku sebagai proses
menuju kehidupan yang lebih rumit di masa depan.
Menjadi ojek payung
di usia belia mengajariku bagaimana cara bertahan hidup sekaligus menghidupi
keluarga. Bagaimana mengakrabi dinginnya hujan sekaligus menyalakan bara
harapan dalam dada. Aku harus berjuang untuk kehidupan yang lebih baik. Untuk diriku
dan adik-adikku.
Bersama hujan yang
luruh dari langit, aku tahu, Tuhan menghangatkan hatiku dengan mimpi-mimpi yang
harus selalu kuraih. Harapan-harapan yang tumbuh subur bersama
prestasi-prestasi yang kuraih di bangku
sekolah.
Hujan juga
mengajariku satu hal. Sederas apapun ia menghantamku, aku akan bertahan dan
terus melangkah. Seperti juga terpaan masalah yang terus menerpaku. Aku memilih
untuk menghadapinya dan menyelesaikan satu demi satu masalahku.
Sejak
menjalani PKL di Aerowisata Catring Servise Soekarno Hatta, aku sudah
mendapatkan gaji yang lumayan besar untuk ukuran masa itu. Kemudian
setamat SMK aku pernah menjadi Cook Helper Hotel Hilton. Kemudian pindah ke sebuah kafe di Bogor.
Pengalaman ini kemudian membuatku memberanikan diri untuk membuka bisnis sendiri. Aku mendirikan kafe Waroeng Gedung Sawah yang berlokasi di belakang Hotel Salak Bogor.
Namun sayang, krisis moneter membuatku tak bertahan. Aku harus memulai lagi dari titik nol. Tidak mungkin aku tidak memiliki penghasilan. Kedua orangtua dan adik-adikku bergantung sepenuhnya padaku. Dan pilihan itu membuatku kembali ke Jakarta. Mencari pekerjaan yang sesuai dengan keahlianku di bidang kuliner.
Pengalaman ini kemudian membuatku memberanikan diri untuk membuka bisnis sendiri. Aku mendirikan kafe Waroeng Gedung Sawah yang berlokasi di belakang Hotel Salak Bogor.
Namun sayang, krisis moneter membuatku tak bertahan. Aku harus memulai lagi dari titik nol. Tidak mungkin aku tidak memiliki penghasilan. Kedua orangtua dan adik-adikku bergantung sepenuhnya padaku. Dan pilihan itu membuatku kembali ke Jakarta. Mencari pekerjaan yang sesuai dengan keahlianku di bidang kuliner.
Langkahku kemudian membawaku Prego Restaurant and Bar.
Di tempat ini aku menggeluti beberapa pekerjaan sekaligus. Siang dan
malam. Aku melupakan cerahnya matahari pagi dan kicau burung. Aku hanya
tahu, aku harus
mencari uang untuk menghidupi adik-adikku di kampung. Aku kehilangan
orientasiku atas waktu. Saat bekerja di tempat inilah aku menjalin
relasi dengan banyak pihak. Prego merupakan jempatan emasku menuju karir yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.
Bekerja siang dan malam tak urung membuatku
merasa lelah. Rasa lelah yang menuntunku untuk mengevaluasi pekerjaan-pekerjaanku.
Keputusanku untuk resign dari sebuah EO ternyata diikuti oleh seorang model
yang memintaku untuk menjadi manajer.
Aldo, Revaldo Fifaldy Suria Permana menjadi
anak asuh pertamaku. Kesuksesannya di layar kaca membuat banyak artis, baik
senior maupun pemula memintaku untuk menjadi manajer mereka.
Kepahitan hidup di
masa lalu membuatku mudah mengerti dan memahami serta menghadapi berbagai
karakter anak didikku.
Sebagai manajer aku tak segan-segan bertindak jadi
sahabat yang selalu mendengarkan keluhan dan harapan mereka. Sebagai seorang
bapak, aku selalu siap melindungi dan membela mereka.
Bahkan, terkadang aku bisa lebih kejam dari ibu
tiri, ketika harus memaksa mereka melakukan apa yang harus mereka lakukan demi
perkembangan karir mereka.
Ojek payung, kini
hanyalah kenangan yang kusesap kesenduannya lewat dingin hujan. Bukan untuk
kusesali, melainkan untuk bersyukur atas rahmat yang dicurahkan Allah Swt. Dan di
sinilah aku, di antara gemerlap dunia
selebritas.
Maa syaa Allooh. Kisah yg ditulis selalu menginspirasi. Bahwa qodarulloh adalah yg terbaik. Alloh SWT tdk membebani ujian kpd suatu kaum melainkan dia pasti mampu menghadapinya . Semoga banyak anak2 muda sekarang yg selalu bersemangat dlm menghadapi hidup ini tanpa mengeluh dan menyerah dlm menghadapi ujian. Barokallohu 'alaikuma
BalasHapusAamiin Ya Rabb.... Terima kasih sudah mampir semoga ada yang bisa diambil hikmahnya.
HapusMba Liza, kenalin aku sama Wendra donk. Siapa tau aku bisa dimanajerin atau masuk management'a 😁 #SokNgartis
BalasHapusSerius Kak? Nanti aku kasih no kontaknya
HapusYa Allah kisahnya bikin terharu😳😥💪
BalasHapusTerima kasih sudah mampir
Hapus