Salah dalam pemberian MPASI pada anak bisa berakibat fatal |
Sebetulnya, ini salah satu sejarah
paling memalukan bagi saya. Juga pengalaman yang merontokkan
anggapan bahwa punya anak banyak berarti, paham segala hal yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Termasuk soal pemberian MPASI.
Ternyata, punya banyak anak, tidak serta merta membuat seorang ibu lolos dari kesalahan dalam membersamai buah hatinya lho. Setidaknya, itulah yang saya alami.
Jadi ceritanya, ketika
Ramadhan lalu, saya berniat menjalankan ibadah puasa. Syukur-syukur bisa full. Salah satu
pertimbangannya, usia Syahid yang sudah cukup untuk diberi makanan pendamping
ASI (MPASI). Yup, usia Syahid sudah 6 bulan ketika itu.
Selain usianya yang
sudah cukup untuk diberi MPASI, Syahid pun terlihat antusias setiap kali
dilakukan uji coba makan. Senang deh melihat matanya yang berbinar
menatap makanan, terlebih bila disuapi makanan tersebut.
Emak mana
yang tak melambung perasaannya melihat anak doyan makan?
Apa lagi sebelumnya
saya sempat dibuat bingung dengan ulah kakaknya –anak ke-6 -- yang menolak
semua jenis makanan dan minuman, kecuali bubur bayi dan susu.
Salah satunya akibat terlambat
mengenalkan bermacam-macam MPASI. Bukan terlambat yang sangat. Karena ketika
usia Si Kakak 7 bulan, saya mulai mengenalkan beragam MPASI, sayangnya ia sudah
menentukan pilihan dan mempertahankannya hingga usia 3 tahun lebih.
Ya, memang pada
akhirnya –setelah perjuangan melelahkan-- Si Kakak bisa menikmati nasi dengan
pilihan lauk yang terbatas (hingga saat ini ia tidak suka sayur).
Akan
tetapi, efek yang terlihat paling berat dari kebiasaan
makan bubur susu yang cenderung encer, adalah ia mengalami keterlambatan
bicara. (Hal mana yang juga dialami anak ke tiga saya yang juga
mempunyai pola MPASI yang sama. Hanya mau bubur susu merk tertentu).
Ada semacam trauma,
tentu saja. Hal ini juga yang mendorong saya untuk memberikan MPASI secepatnya. Kebetulan bertepatan dengan ibadah yang wajib saya jalani, berpuasa di bulan Ramadhan. Meski ada
kekhawatiran ASI saya berkurang, namun niat dan tekad saya sudah bulat untuk
tetap berpuasa.
Akibat salah MPASI, Dek Syahid mengalami sembelit yang parah |
Salah MPASI dan Drama Penuh Air Mata
Berikut ini kronologi MPASI Dek Syahid yang mendebarkan dan bersejarah. Juga ada bagian-bagian yang enggak banget yang tetap saya tuliskan agar bisa diambil hikmahnya.
Pekan pertama
Semua berlangsung baik
dan lancar. (Terlalu lancar bahkan, karena Si Dedek doyan makan. Hehehe). Saya
memberikan biskuit bayi secara bertahap. Lalu mulai memberi bubur susu. Tidak
ada masalah, karena makanan itu dilahap dengan penuh semangat. Dan pup-nya
(yang selalu ibu nantikan) keluar lancar tanpa masalah.
Pekan Kedua
Keadaan mulai tak
terkendali. Bayi yang selalu terlihat lapar dan bersemangat menyantap makanan
apapun, berkolaborasi dengan rasa bersalah karena air susu mulai berkurang.
Saya mulai nakal menyuapinya dengan berbagai makanan yang ada saat buka puasa.
Ya, lontong, tahu, melon... apa saja. Dan, Syahid menyantapnya dengan suka
cita. Inilah titik awal kesalahan Mpasi
Mula-mulanya sedikit,
lama-lama menjadi agak banyak. Efeknya, Syahid mulai kesulitan buang air besar. Saya pun mulai dihinggapi rasa cemas. Rasa cemas itu berubah
menjadi panik ketika Syahid terus
menangis saat pup. Lalu mulai mengalami trauma pup. Ia hanya bisa pup bila
diberi pelumas.
Pekan Ketiga
Nafsu makan Syahid tak
kunjung berkurang, meski ia mengalami kesulitan buang air besar. Ia terus
bersemangat menyantap apa saja. Ia rewel setiap melihat makanan. Ini kesalahan yang kedua. Namun, saya mulai memberinya jus buah-buahan,
dengan harapan pupnya bisa kembali normal dan teratur. Namun drama penuh airmata saat pup tetap
terjadi.
Pekan Keempat
Sudah 3 hari lewat
setelah pup yang tertunda. Kecemasan saya makin menjadi saat pelumas yang saya
paksakan lewat lubang anus tak bisa masuk. Tak tahan melihat penderitaan
Syahid, akhirnya saya pun membawanya ke dokter.
Walhasil, dokter cantik
itu menceramahi saya soal pemberian MPASI yang terlalu bersemangat.
“Ibu, jangan terlalu
bersemangat memberi MPASI. Ususnya masih halus. Pemberian bubur susu pun tidak
boleh kental. Harus encer banget. Tidak boleh memberi buah-buahan
sembarangan. Jeruk pun –harus jeruk baby- tidak boleh terlalu banyak. Cukup 4 siung saja. “
Mendengar penjelasan dokter, keringat dingin muncul. Teringat segala
macam makanan yang masuk perut Syahid.
Dari mulai pisang, apel, melon bahkan kurma! Ya, Allah.
Maksud hati biar lancar BAB, nyatanya malah berakibat sembelit.
“Anak ibu masih suka
buang angin?” tanya dokter lagi. “Kadang-kadang? Oh baguslah.”
Dokter itu
terlihat lega.
“Karena kalau anak ibu
tidak bisa buang angin, itu artinya ada bagian usus yang tertekuk. Mampet. Itu
bisa mengakibatkan kematian pada bayi. Banyak kejadian seperti ini. Apalagi
bila bayi sampai muntah-muntah. Itu karena makanannya sudah masuk ke dalam
saluran pernapasan.
Dan satu-satunya cara
agar hal itu tidak terjadi adalah pembedahan. Anak ibu harus dioperasi. Dibuang
sebagian ususnya. Dan sementara itu untuk pup-nya harus lewat perut.”
Saya terkesiap. Tak menyangka dampaknya akan seserius itu.
“Kasian kan bila anak
sekecil ini harus menjalani operasi?
Saya nggak bisa
memberi obat pencahar ya, karena masih terlalu kecil. Saya hanya bisa
meresepkan vitamin saja. Coba setiap pagi diberi air hangat. Dan diet. Anak ibu tidak boleh makan apapun
kecuali buah alpukat dan pepaya. Itu pun jangan banyak-banyak. Bila dia masih
mengalami kesulitan BAB, coba rangsang dengan memasukan sabun mandi seukuran
kelingking orang dewasa ke pantatnya. Itu akan memicu kontraksi.”
Kondisi Syahid, yang
ternyata tidak sederhana, membuat saya luar biasa menyesal dan ketakutan, bukan
hanya panik. Segala rasa tumpah ruah
menyesaki dada. Saat itu saya hanya bisa berdoa. Berdoa agar Syahid bisa segera
pup – sungguh tak terbayangkan saya akan merindukan dan menantikan pup anak
dengan begini haru birunya.
Maka ketika Syahid
mulai menampakkan gejala ingin buang air besar, saya dan suami mulai melakukan “operasi”
mengeluarkan kotoran dengan cara mengoreknya. (maaf, bagi yang jijik boleh diskip).
Tak ada jalan lain,
karena obat pelumas ternyata tidak bisa membantu, maka kami terpaksa memaksa
kotoran yang mengeras dan menyumbat itu dengan bantuan air sabun dan alat korek
(kami menggunakan alat korek kuping yang dari logam, karena hanya itu yang
tersedia di rumah)
Betapa ngilu rasanya
mendengar tangisan Syahid. Tetapi kami harus melakukan itu agar ia tidak
menjalani operasi --- selain membutuhkan biaya besar, tentu juga akan
menimbulkan rasa sakit yang jauh lebih hebat --- Tak ada pilihan lain, apalagi kejadiannya
sehari menjelang lebaran.
Menjelang adzan maghrib,
di saat orang lain berbuka dengan suka cita, kami pun berbahagia telah berhasil
mengeluarkan sebutir besar kotoran Syahid (duh jorok banget ya? Sorry....)
Tak pernah terlintas
dalam pikiran, bahwa kami akan selega itu. Bayangan bahwa Syahid
harus dibelek tim dokter pelahan sirna. Meski selama dua hari ke depan kami
masih harus melakukan “operasi” dengan standar operasional yang sama.
Akhirnya terpaksa diet!
Yup. Tak ingin
mengulangi kebodohan yang sama, akhirnya kami mengikuti saran dokter untuk
menjalankan program diet untuk Syahid. Ia yang semula bersiap menjadi bayi
omnivor terpaksa harus bermetafora menjadi bayi burung. Hanya makan alpukat dan
pepaya.
Apa boleh buat, kami
harus menegarkan hati untuk tidak iseng menyuapi Syahid aneka hidangan lebaran
yang menggugah selera. Meski berulang kali Syahid rewel dan unjuk rasa minta
disuapi macam-macam. Menabahkan hati melihat mata Syahid yang menatap penuh
minat setiap kali orang yang memangkunya memasukkan makanan ke mulut (bukan
mulut Syahid).
Alhamdulillah, diet itu
berhasil.
Sembelit itu
berangsur-angsur hilang. Ia tak histeris lagi saat buang air besar. Hingga
kemudian kami bisa memberinya MPASI yang sesuai dengan kebutuhannya.
Catatan : Saya tetap
mempertahankan diet sampai buang air besar Syahid teratur dan normal. Lalu pelahan mulai
memberikan MPASI sesuai usianya.
Semoga curcol ini bermanfaat, khususnya bagi ibu muda yang berencana memberikan MPASI pada buah hatinya.
Terima kasih sharing pengalamannya bunda, sangat bermanfaat buat kami yang sedang proses memberi mpasi,
BalasHapusSelamat membersamai buah hati ya... Sehat-sehat selalu
Hapus