Keracunan akibat Es Krim, mungkinkah? |
Selalu saja ada hal-hal ajaib ketika membersamai buah hati. Berikut ini salah satu keunikan yang saya alami bersama Si Kecil, Zidna. Termasuk keracunan.
Nah, Bunda, selamat membaca...
Keracunan
“Keracunan ASI?”
Mataku dan suamiku saling tatap tak
percaya. Kemudian mata kami secara otomatis berpindah antara menatap dokter
cantik yang ada di hadapan kami dan bayi mungil yang berada dalam pangkuanku.
Bila saja yang kami hadapi bukanlah dokter langganan, pasti kami akan menolak
mentah-mentah hasil diagnosanya.
Alangkah sulit mempercayai diagnosa
dokter yang mengatakan bahwa bayi kami mengalami keracunan yang disebabkan oleh
ASI. Aku telah menyusui kakak-kakaknya, dan mereka baik-baik saja. Lantas apa
sebab bayi terakhirku ini mengalami keracunan akibat meminum air susu yang
dikeluarkan oleh ibu kandungnya sendiri?
Aku ingin menolak kenyataan itu.
Namun, warna kuning di tubuh bayiku tak bisa kuingkari. Warna kuning ini
terjadi akibat penumpukan bilirubin pada dan membuat warna kuning di kulit
bayiku kian bertambah pekat. Sebagai ibu dari beberapa orang anak yang beranjak
remaja, aku tahu, warna kuning pada bayi bisa hilang dengan sendirinya. Asal
bayi kerap disusui dan dijemur di tengah hangatnya mentari pagi.
Faktanya bayiku suka sekali menyusu
dan air susuku berlimpah. Sementara untuk urusan menjemur bayi, dengan
kesadaran seorang ibu, aku melakukannya setiap pagi. Lahir di tengah musim
kemarau membuat cahaya berlimpah sepanjang hari. Aku tak kesulitan menjemurnya
setiap pagi.
Namun, tubuhnya semakin kuning. Mau tak mau aku harus
menerima pendapat dokter tersebut. Ditambah informasi yang kami peroleh via
internet, bahwa dalam kondisi tertentu, ASI bisa menjadi racun bagi sang bayi. Dengan
berat hati aku memutuskan mengikuti saran dokter, untuk menghentikan sementara
pemberian ASI pada bayiku, hingga tubuhnya siap menerima ASI. Dan memberinya
susu formula.
Perlahan-lahan kondisi bayiku membaik. Hingga beberapa minggu
kemudian tubuhnya tidak lagi terlihat kuning. Yakin dengan kondisi tubuhnya,
kemudian secara bertahap aku pun kembali memberinya ASI dan mengurangi
pemberian susu formula.
Kejadian itu persis tiga tahun yang lalu.
Tadi malam, tepat di hari ulang tahunnya yang ketiga, Zidna
kembali membuatku panik. Ia muntah-muntah dan buang air besar sepanjang malam.
Aku berpikir ia terserang penyakit muntaber. Penyakit yang amat mudah merengut
nyawa balita.
Tanpa membuang waktu kami membawanya ke dokter langganan.
Dokter cantik itu pun kembali bertanya.
“Apa yang Zidna makan kemarin?”
“Biasa aja, Dok. Pagi dan siang makan nasi. Malamnya makan
bubur seperti biasa.”
“Selain itu?” tanya Bu Dokter sambil terus memeriksa Zidna.
“Makan buah lengkeng. Eng..., dan es krim.”
“Es krim buatan sendiri atau beli?”
“Beli. Tapi kami membeli es krim bukan di tempat biasanya.”
“Ini yang kena pencernaannya, Bu. Kemungkinan es krim-lah
penyebabnya.”
“Maksud Bu Dokter, Zidna keracunan es krim?” Aku menatap
setengah tak percaya. Aku teringat, tadi malam aku lupa mencek tanggal expired
es krim tersebut. Mungkinkah karena kecerobohanku itu? Duh...
“Itu yang paling mungkin. Selain itu, es krim yang sering
mengalami penurunan suhu dan mencair akibat mati listrik yang lama, gampang
menjadi rusak dan dimasuki bakteri dan kuman. Beberapa kasus yang saya tangani,
anak-anak sering keracunan akibat makan es krim yang sudah tidak layak.” Ujar
Bu Dokter sambil menulis resep.
Aku hanya bisa terdiam. Dan menatap Zidna yang tampak lemas
dengan perasaan campur aduk. Antara takjub juga prihatin sekaligus cemas. Zidna,
Zidna, keracunan kok sama hal yang tak lazim. Dulu keracunan ASI, sekarang
keracunan es krim.
*
Semoga pengalaman ini bermanfaat bagi para bunda semua. Terima kasih sudah berkunjung.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah memberi komentar terbaik. Ditunggu kunjungan berikutnya.
Salam hangat ... :)